“Setiap kata adalah energi. Ia terlepas ke alam semesta, memantul kembali ke kita, membawa berkah atau beban. Pilihlah untuk berkata baik.”
Guru saya pernah berkata, “Hati-hati dengan penggunaan kata negatif — apa pun kata itu. Karena setiap kata memiliki energi, yang akan terlepas ke semesta dan memantul kembali kepada kita.” Kata-kata ini begitu sederhana namun mendalam, mengingatkan kita pada kekuatan lisan yang sering kali terabaikan.
Dalam bahasa Sunda, kata “goblok” misalnya, memiliki padanan dengan “gebleg”. Sementara dalam bahasa Indonesia, menurut KBBI, kata ini serupa dengan: Bambung, Bebal, Bego, Beloon, Bodoh, Debil, Domot, Dongok, Dungu, Jahil, Pandir, Picik, dan Tolol. Kata-kata seperti ini mengandung energi negatif yang bukan hanya merusak hubungan antar manusia tetapi juga kembali mencoreng hati dan jiwa pengucapnya. Pepatah lama "mulutmu, harimaumu" menjadi pengingat bahwa lisan adalah pedang bermata dua — mampu menyelamatkan, sekaligus mencelakakan.
Maka, tidaklah mengherankan bila Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya menjaga lisan. Dalam sebuah hadits beliau bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam" (HR Bukhari). Pernyataan ini tidak sekadar nasihat moral, melainkan panduan hidup yang memancarkan hikmah mendalam.
Mengapa Nabi Menyuruh Kita Berkata Baik atau Diam?
Kata-kata memiliki pengaruh luar biasa — bukan hanya terhadap orang lain, tetapi juga kepada diri sendiri. Dalam Islam, setiap ucapan adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Berikut beberapa alasan mengapa berkata baik lebih utama daripada diam:
1. Energi positif dan penghormatan diri. Kata-kata yang baik menyebarkan energi positif ke sekitar kita. Ini bukan sekadar fenomena psikologis, tetapi juga spiritual. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 83: "Berkatalah yang baik kepada manusia…" Dengan berkata baik, kita meningkatkan derajat di sisi Allah dan memperbaiki hubungan sosial.
2. Menghindari kerusakan dan dosa. Kata-kata buruk adalah akar konflik. Perkataan negatif dapat menyulut kebencian, merusak hubungan, dan menciptakan dosa. Sebaliknya, diam adalah benteng yang melindungi kita dari kesalahan lisan.
3. Memberikan inspirasi dan kebaikan. Kata-kata baik adalah sedekah. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Berkata yang baik adalah sedekah" (HR Bukhari). Mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, menyemangati, atau memberi nasihat mampu menjadi ladang pahala yang terus mengalir.
Energi Kata dalam Perspektif Islam