Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Insan Pembelajar yang senang mempelajari bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Saat ini aktif memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di berbagai kesempatan, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Dunia Menggoda, Iman Tergadai, Mengapa Kita Harus Peduli?

26 Juli 2024   20:29 Diperbarui: 26 Juli 2024   20:38 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iman adalah pelita dalam gelapnya godaan dunia dan krisis negeri ini. | Foto: kompas.com

"Dalam setiap keluhan duniawi, ada panggilan tersembunyi untuk memperkuat iman. Ketika hati terisi dengan keimanan, dunia tak lagi menjadi beban, melainkan ujian yang penuh hikmah."

Dalam sepotong renungan yang mendalam, mari kita perhatikan kata-kata bijak dari Ibnu Muflih -rohimahullah- dalam karyanya yang penuh hikmah, "Adab Syar'iyyah" (3/240). Beliau mengungkapkan sebuah fenomena yang sangat relevan dengan kondisi kita saat ini:

"Sungguh mengherankan, banyak orang meratapi:
- rusaknya negeri,
- sedikitnya rezeki,
- masa yang buruk, dan
- mahalnya barang-barang...
Tapi, tidak pernah sekalipun mereka meratapi:
- terasingnya agama ini,
- matinya sunnah Nabi, dan
- tersebarnya bid'ah.
Mereka juga tidak menangisi kurangnya mereka dalam beramal.
Sebabnya, karena lemahnya iman mereka, dan agungnya dunia di mata mereka.
"

Renungan Tentang Negeri dan Rezeki

Ketika kita melihat kerusakan negeri, kesulitan ekonomi, dan naiknya harga-harga, sering kali kita tenggelam dalam keluhan dan ratapan. Betapa banyak di antara kita yang lebih sering meratapi keadaan duniawi, mengabaikan esensi dari tujuan hidup kita sebagai hamba Allah.

Rezeki yang sedikit dan masa yang buruk seakan menjadi pusat perhatian, seolah-olah itulah yang paling penting dalam hidup ini.

Namun, apakah kita pernah merenungi bahwa semua itu adalah bagian dari ujian yang Allah berikan kepada kita? Apakah kita menyadari bahwa di balik setiap kesulitan ada hikmah yang tersembunyi, ada pelajaran yang Allah ingin kita petik?

Ketika Agama Terasing dan Sunnah Dilupakan

Lebih memprihatinkan lagi adalah kenyataan bahwa sering kali kita melupakan masalah yang lebih besar: terasingnya agama ini, matinya sunnah Nabi, dan tersebarnya bid'ah. Kita sibuk dengan urusan duniawi, tetapi mengabaikan kewajiban kita terhadap agama. 

Mengapa kita tidak meratapi kurangnya keimanan kita? Mengapa kita tidak menangisi betapa jauhnya kita dari ajaran Rasulullah?

Keimanan yang lemah dan pandangan yang terlalu berpusat pada dunia membuat kita lupa bahwa sebenarnya inilah masalah yang lebih utama. Bagaimana mungkin kita mengharapkan keberkahan dalam hidup, jika kita sendiri mengabaikan perintah-perintah Allah dan sunnah Nabi-Nya?

Menyadari Pentingnya Iman dan Amal

Kita perlu kembali merenungi hati kita. Iman adalah fondasi dari segala sesuatu. Ketika iman kita kuat, maka segala kesulitan duniawi akan terasa ringan karena kita yakin akan janji-janji Allah. Ketika hati kita terpaut pada Allah, maka dunia ini tidak akan lagi menjadi tujuan utama kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun