Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pantaskah Seorang Pemimpin Menangis di Depan Publik?

15 Maret 2023   06:07 Diperbarui: 15 Maret 2023   06:11 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pemimpin menangis di depan publik, sebuah pertanyaan bagi psikologi kepepemimpinan | Pexels.com/Kat Smith

Menangis, adalah sisi humanis. Hal yang wajar dan manusiawi. Namun bagi seorang pemimpin, bagaimana seharusnya seorang pemimpin menangani tekanan emosi dan stres? Apakah menangis di depan publik adalah cara yang tepat untuk mengatasi tekanan emosi tersebut? Bagaimana psikologi kepepemimpinan memandang masalah ini ? Itulah tiga pertanyaan yang perlu kita ketahui bila kita melihat ada seorang pemimpin yang menganis di depan publik.

Sebagai seorang pemimpin, mereka dituntut untuk memiliki kestabilan emosi dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam situasi yang sulit. Menangis di depan publik, dapat dianggap sebagai ungkapan perasaan yang jujur dan terbuka. Namun senyatanya itu justru dapat merusak citra pemimpin itu sendiri. Karenanya itu dibutuhkan kesiapan mental yang luar biasa sebelum tampil di depan publik.

Namun, perlu diingat bahwa seorang pemimpin juga manusia. Terkadang dalam situasi ternetntu bisa rentan terhadap tekanan emosi dan stres. Oleh karena itu, sebelum menilai keputusan seorang pemimpin untuk menangis di depan publik, perlu dipertimbangkan situasi dan konteks yang membuat mereka mengalami tekanan emosi dan stres tersebut.

Dalam psikologi kepemimpinan, seorang pemimpin yang mampu mengatasi tekanan emosi dan stres dengan cara yang tepat dan efektif, dapat memperkuat citra kepemimpinan mereka. Namun, jika menangis di depan publik bukanlah cara yang tepat, maka seorang pemimpin perlu mencari cara alternatif untuk mengatasi tekanan emosi dan stres.

Jika seorang pemimpin menangis di depan publik karena stres dan tekanan emosi, maka itu justru akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dari sudut pandang psikologi kepemimpinan, justru itu akan meninggalkan sejumlah pertanyaan penting. Diantaranya :

1. Apa sebab utama dari stres dan tekanan emosi yang dirasakan oleh pemimpin? Apakah itu karena masalah pribadi, masalah pekerjaan, atau masalah eksternal lainnya?
2. Bagaimana pemimpin mengelola stres dan tekanan emosi di masa lalu? Apa yang sudah dicoba sebelumnya untuk membantu mengatasi situasi ini?
3. Bagaimana dampaknya pada kinerja pemimpin dan hubungannya dengan karyawan serta pihak lainnya? Apakah tangisan ini menimbulkan kekhawatiran atau keraguan terhadap kemampuan pemimpin?
4. Apakah ada rencana tindakan yang sudah disiapkan untuk membantu pemimpin mengatasi stres dan tekanan emosi yang dialaminya? Apakah pemimpin memerlukan dukungan atau bantuan dari orang lain dalam menghadapi situasi ini?
5. Bagaimana kondisi kesehatan pemimpin secara umum? Apakah ada kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan pemimpin untuk mengelola stres dan tekanan emosi?
6. Bagaimana cara pemimpin berkomunikasi dengan staf dan karyawan setelah insiden ini terjadi? Apakah pemimpin merasa perlu untuk menjelaskan situasinya atau meminta maaf?
7. Bagaimana pemimpin dapat memperbaiki keterampilan kepemimpinan dalam mengelola stres dan tekanan emosi di masa depan? Apakah ada pelatihan atau sumber daya lain yang dapat membantu pemimpin memperkuat keterampilan ini?
8. Apakah stres dan tekanan emosi ini mempengaruhi visi dan misi pemimpin serta arah perusahaan secara keseluruhan? Apakah ada perubahan yang perlu dilakukan untuk mengatasi situasi ini?

Agar produktif dan konstruktif, seorang pemimpin seharusnya mampu mengambil keputusan tepat. Juga menyelesaikan masalah dan tanggungjawabnya, tanpa terpengaruh oleh tekanan emosi dan stres yang dirasakannya. Namun, sebagai manusia, pemimpin juga rentan terhadap tekanan emosi dan stres, yang bisa mempengaruhi kinerja dan citra kepemimpinannya.

Menangis di depan publik sebagai bentuk ekspresi emosi dan kesungguhan dalam menyelesaikan masalah mungkin saja dilakukan oleh seorang pemimpin dalam beberapa situasi tertentu, seperti saat terjadi bencana alam atau kejadian tragis yang membutuhkan kepedulian dan empati dari seorang pemimpin. Namun, hal ini harus dilakukan dengan bijaksana agar tidak mempengaruhi citra kepemimpinannya.

Persiapkan Diri dengan Kecerdasan Emosi

Seorang pemimpin harus mempersiapkan diri dengan kecerdasan emosi dan kemampuan mengatasi stres serta konflik dalam organisasi yang dipimpin. Pemimpin juga harus mampu mengendalikan dorongan hati dan suasana hati agar tidak terbawa emosi saat dihadapkan pada masalah besar atau tekanan emosi. Selain itu, seorang pemimpin juga perlu memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan membimbing karyawan yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Seorang pemimpin yang baik perlu memiliki kesiapan mental dan emosional yang cukup untuk menghadapi tekanan dan masalah yang besar. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dipersiapkan oleh seorang pemimpin agar tidak menangis di depan publik saat dihadapkan pada masalah yang besar, tekanan emosi, dan stres :

1. Membangun kemampuan mengelola emosi. Seorang pemimpin perlu belajar bagaimana mengelola emosinya sendiri. Ini termasuk mengidentifikasi emosi yang dirasakan, memahami sumbernya, dan mengekspresikannya dengan cara yang sehat dan produktif.
2. Mengembangkan keterampilan manajemen stres. Seorang pemimpin yang efektif harus bisa mengatasi stres dengan baik. Dia harus mengidentifikasi tanda-tanda stres dan tahu cara mengatasinya, seperti olahraga, meditasi, atau berbicara dengan seseorang yang bisa membantunya.
3. Mengetahui cara membuat keputusan dengan baik. Seorang pemimpin harus belajar membuat keputusan dengan baik dan cepat. Dia harus mengumpulkan informasi yang cukup, mempertimbangkan opsi yang berbeda, dan memutuskan tindakan terbaik yang dapat diambil.
4. Membangun hubungan yang sehat dengan rekan kerja. Seorang pemimpin yang baik perlu membangun hubungan yang sehat dengan rekan kerjanya. Ini termasuk mendengarkan pendapat mereka, memahami perspektif mereka, dan menyelesaikan masalah bersama-sama.
5. Mempertahankan keseimbangan hidup yang sehat. Seorang pemimpin perlu menjaga keseimbangan hidup yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ini termasuk tidur yang cukup, makan makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menikmati waktu dengan keluarga dan teman-teman.

Dengan mempersiapkan hal-hal tersebut, seorang pemimpin akan lebih mampu mengatasi tekanan dan stres yang terkait dengan tugasnya. Dia akan dapat mengambil keputusan yang baik dan efektif, dan tidak menangis di depan publik saat dihadapkan pada masalah yang besar.

Hadapi Masalah dengan Cara yang Lebih Produktif dan Konstruktif

Lebih disarankan bagi seorang pemimpin untuk mencari cara lain untuk mengatasi tekanan emosi dan stres yang dirasakannya. Seperti, ia bisa berbicara dengan orang terpercaya, atau jauh lebih baik bila membahasnya dengan master mind-nya. Bisa juga dengan melakukan doa dan pendekatan spiritual. Atau juga dengan olahraga, atau bahkan dengan mencari bantuan profesional dan konsultan jika diperlukan.

Namun, menangis tidak dapat menyelesaikan masalah secara langsung. Sebaiknya setelah menangis, pemimpin mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara yang lebih produktif dan konstruktif.

Dalam perspektif psikologi kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu mengendalikan emosinya. Juga tetap menjalankan tugas kepemimpinannya dengan profesional. Namun, mengatasi tekanan emosi dan stres juga merupakan hal yang penting untuk menjaga kesehatan mental. Termasuk juga untuk menjaga kinerja kepemimpinan yang optimal.

Dalam kesimpulannya, sebagai pemimpin, tidak selalu pantas untuk menangis di depan publik ketika menghadapi tekanan emosi dan stres. Namun, perlu dipertimbangkan situasi dan konteks, serta mencari cara alternatif yang tepat untuk mengatasi tekanan emosi dan stres tersebut. Hal ini penting untuk memperkuat citra kepemimpinan. Sekaligus juga untuk memperlihatkan kestabilan emosi dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam situasi yang sulit. Intinya, mengatasi tekanan emosi dan stres dengan cara yang tepat dapat membantu pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya dengan lebih efektif dan efisien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun