Mohon tunggu...
agung marhaenis
agung marhaenis Mohon Tunggu... Administrasi - penulis

Pecinta kata, kopi, kuliner, dan kebun.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menabung Air untuk Mencegah Kekeringan dan Banjir

18 Juli 2022   23:27 Diperbarui: 20 Juli 2022   10:54 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekeringan| Sumber foto: ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE via kompas.com

Pertengahan Juli 2022 ini, Jakarta lagi-lagi diberitakan kurang sedap. Banjir melanda ibu kota lagi. Padahal, sekarang termasuk musim kemarau. Tentu saja beritanya heboh karena banjir tersebut terjadi di Jakarta. Bila di luar daerah, tentu tidak seheboh Jakarta. 

Di waktu hampir bersamaan misalnya, banjir dengan skala lebih besar dan dampak yang lebih massif terjadi di Garut. Bahkan 15 rumah sampai hanyut dan hilang. Meski begitu, beritanya tidak seheboh banjir di Jakarta. Netizen tidak berantem, media pun tidak membuat judul yang click bait seperti banjir di Jakarta. Ya, begitulah Jakarta. 

Terlepas dari banjir yang terjadi di mana pun itu, tentu kita tidak menginginkannya. Kita ingin bencana jauh dari diri kita dan saudara-saudara kita setanah air. Tapi sayangnya, bencana seperti tidak pernah berhenti di negeri ini, termasuk yang berkaitan dengan air. Bila tidak banjir, ya kekeringan. 

Saya ingat cerita agak lama dari teman saya di Depok. Di media sosial, dia berkeluh kesah mengenai daerah tinggalnya yang mulai mengalami krisis air. Sumur-sumur mulai kering, padahal kedalaman sumur mencapai 25 meter. Cukup dalam. Sebagian orang sudah mulai membeli air galon untuk keperluan sehari-hari seperti memasak bahkan untuk mandi. 

Teman yang lain menanggapi status tersebut dengan kasus yang sama: sumur yang kering. Dia harus memperdalam sumurnya hingga 60 meter dan harus merogoh kocek Rp8,5 juta agar air kembali mengalir di rumahnya.

Musim kering yang lebih panjang biasanya disebabkan kondisi alam tertentu, seperti efek El Nino waktu itu. Tapi apakah kekeringan hanya karena efek El Nino? Meminjam syair Berita Kepada Kawan, kekeringan ini mungkin disebabkan Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang salah dan bangga dengan dosa-dosa. Bisa juga alam mulai enggan bersahabat dengan kita. 

Saya tidak guyon, kemarau panjang atau banjir ini juga dikarenakan kesalahan kita yang abai terhadap kondisi alam dan lingkungan. Kita yang abai ketika diberi kemudahan dan tak mau menjaga alam lingkungan tempat tinggal kita akan menjadi hukuman yang akan kita terima kelak. Dan bila hukuman itu datang, maka akibatnya akan sangat pedih.

Sebagai manusia yang diberi akal, kita harus berusaha agar hal-hal buruk tersebut bisa kita hindari. Bisakah kita? Jawabnya pasti bisa. Tapi kalau pertanyaannya diganti: “Maukah kita?” Mungkin kita akan berucap ya di mulut, tapi entahlah dalam tindakan.

Bagi Anda yang masih peduli bumi dan alam yang kita tinggali, berikut ini beberapa cara untuk menabung air. Tabungan ini akan menjadi penyelamat kita di kemudian hari bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Berikut ini beberapa caranya:

Membuat sumur resapan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun