Mohon tunggu...
Agung Kresna Bayu
Agung Kresna Bayu Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni Fisipol UGM

Mengolah keseimbangan intelektual antara logika dan spiritual

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Transportasi Publik

29 Juli 2019   13:11 Diperbarui: 29 Juli 2019   13:19 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dorongan menggunakan transportasi massal merupakan upaya mengurai persoalan kemacetan. Menyorot kota-kota besar di Indonesia---Jakarta, Surabaya, Yogyakarta---kemacetan bak budaya baru sebagai identitasnya. Belum selesai permasalahan kemacetan, kehadiran transportasi online menyorot perhatian, satu sisi kehadirannya dapat menjadi salah satu jawaban atas kebutuhan masyarakat, tetapi pada sisi lain dapat memperunyam kemacetan kota. 

Dunia transportasi memang tidak sebesar aspek---ekonomi, politik, budaya, sosial. Akan tetapi, transportasi memiliki posisi penting sebagai pilar penghubung diantara aspek-aspek tersebut. Pada titik ini, pemahaman terhadap transportasi bukan terhenti pada aktor melainkan struktur yang trebentuk atas kegiatan, jaringan, dan karakter mobilisasi manusia serta barang.

Coba bayangkan saat tidak ada sistem transportasi, apakah seorang politikus dapat bermobilisasi dari satu titik ke titik lainnya untuk membahas persoalan ekonomi, politik, sosial, dan budaya? Oleh karenanya posisi strategis ini menjadikan transportasi sebagai salah satu pilar dan rantai utamanya. 

Sebagaimana visi pariwisata untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara, coba bayangkan saat tidak ada sistem transportasi, apakah wisatawan baik mancanegara maupun lokal dapat berkunjung ke sebuah wilayah dan memberikan pendapatan pada wilayah tersebut.

Namun, sistem transportasi bagaikan buah simalakama, tidak jarang demi memenuhi tuntutan aksesibilitas, kenyamanan, dan ketepatan menimbulkan berbagai persoalan. Salah satunya saat pembangunan infrastruktur---bandara semisal---seperti yang terjadi di berbagai daerah pembangunannya tidak jarang menimbulkan konflik atas pro dan kontra terhadap keberadaannya. 

Pembangunan bandara NYIA(New Yogyakarta International Airport) beberapa waktu lalu menimbulkan konflik penolakan dari berbagai stake holder masyarakat. Ini menjadi titik dilema terkait pertanahan, di negara kepulauan seperti Indonesia---pesawat---menjadi salah satu sistem transportasi pilihan, namun kondisi lahan yang tetap menimbulkan permasalahan yang berhadapan dengan ketahanan pangan.

Terkait soal pangan, keseimbangan dan standarisasi harga komoditas menjadi prioritas. Akan tetapi, kesenjagan harga antara Pulau Jawa dan luar Jawa seingkali menjadi pemberitaan. Salah satu aspek yang menjadi kunci pada permasalahan ini adalah sistem transportasi, karena menjadi bagian dalam rantai distribusi diantara produksi dan komsumsi barang. 

Sedikit mengurai titik ini, terjadinya fenomena pungutan liar di sepanjang jalan distribusi seringkali menjadi budaya kuasa informal setempat. Membahas isu ini mempertegas bahwa sistem transportasi berkelindang dengan aspek---budaya, politik, sosial, dan ekonomi.

Membahas sistem transportasi memang tidak sekompleks isu-isu besar negeri ini, tetapi melihat posisi strategisnya menjadikan sistem transportasi perlu menjadi perhatiaan. 

Pengembangan transportasi publik yang nyaman dan menjawab kebutuhan masyarakat menjadi impian dari berbagai pemangku kepentingan, namun perlu berbagai upaya untuk menempatkan transpotasi pada pembahasan multi sektor. Sehingga, pengejahwantaan spirit silang birokrasi dan kelembagaan dapat terakomodir melalui pengkajian serius terkait sistem transportasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun