Mohon tunggu...
Agung Baskoro
Agung Baskoro Mohon Tunggu... Konsultan - Political Consultan | PR Strategist |

Political Consultant | PR Strategist | Tanoto Scholar | The Next Leader Award Versi Universitas Paramadina-Metro TV 2009 | Buku Status Update For The Best Student (Gramedia Pustaka Utama, 2012) | Juventini | Contact : agungbaskoro86@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar di Masa Pandemi

18 April 2020   16:58 Diperbarui: 18 April 2020   16:57 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belajar Online (suara.com)

Technology is just a tool. In terms of getting the kids working together and motivating them, the teacher is the most important - Bill Gates -

Kehadiran virus corona (COVID19) sebagai pandemi global memberikan dampak besar di segala lini kehidupan. Pendidikan termasuk di antara bidang yang terkena efeknya dan saat ini harus beradaptasi dengan cepat agar proses belajar-mengajar di semua tingkatan tidak terganggu. Salah satunya karena pertemuan fisik (baca : tatap muka) yang selama ini menjadi basis utama sistem pengajaran hilang untuk sementara, demi meminimalkan atau bahkan memutus rantai penyebaran yang begitu cepat dari wabah ini.

Penggantinya, skema belajar dari rumah (learn from home) serentak digunakan di tanah air dengan dukungan beragam aplikasi yang telah tersedia. Namun, sebelum lebih teknis membahas implementasi skema belajar dari rumah ini, ada hal mendasar yang perlu dipahami, yakni konsep dwitunggal antara guru dan orang tua. Menimbang anak yang selama ini menjadi peserta didik lebih banyak berinteraksi intensif dengan guru.

Kehadiran orang tua walaupun bukan hal yang baru, tetap perlu dipersiapkan agar proses belajar-mengajar yang dilakukan dapat berlangsung efektif. Di fase ini, orang tua perlu dihubungi terlebih dahulu oleh guru agar komunikasi selama dan setelah anak belajar dapat berlangsung lancar. Mulai dari soal strategis yang terkait arahan kurikulum, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, tugas/latihan pasca belajar, hingga hal-hal yang bersifat teknis (pendukung) yang erat kaitannya dengan anggaran untuk kuota internet, kapasitas telepon genggam/laptop karena harus menggunakan beberapa aplikasi, serta jangkauan sinyal internet. Bisa jadi di beberapa daerah, rumah yang mereka tinggali belum memiliki kemampuan sinyal internet yang memadai.    

Komunikasi antara guru dan orang tua menjadi penting karena di saat yang bersamaan orang tua juga harus bekerja dari rumah (work from home) sehingga tuntutan belajar untuk anak sudah semestinya menyesuaikan dengan keadaan. Ini bukan berarti mengorbankan kurikulum, karena substansi utama dari pembelajaran pada anak menitikberatkan pada pembentukan karakter yang hadir secara pararel bersama penguasaan dimensi kognisi, afeksi, dan psikomotorik.

Belajar Online 

Sejak awal belajar dari rumah punya esensi untuk mendorong kolaborasi antara guru, orang tua dan murid, Guru memengang kendali penting sebagaimana tautan Bill Gates di atas mengkonfirmasi, karena ia bukan hanya harus memahami peserta didik, namun juga orangtua sebagai perwujudan Sang Guru di rumah. Artinya, Guru terlebih dahulu harus mengumpulkan informasi mengenai kesiapan orang tua, baru kemudian membangun kesepakatan-kesepatan yang relavan dengan kebutuhan pengajaran dan kondisi orangtua-murid di rumah.

Di titik inilah belajar dari rumah bisa dilakukan dalam banyak bentuk. Pertama, pembelajaran langsung (live streaming). Layanan ini Bisa memanfaatkan conference call melalui Google Classroom, Edmodo, Zoom, Skype, atau YouTube Live. Cara ini dilakukan agar siswa tetap terjaga, sekaligus ia punya alokasi waktu khusus untuk belajar.

Beruntung, sejak 13 April 2020, Televisi Republik Indonesia (TVRI) turut menayangkan materi pembelajaran mulai dari PAUD hingga SMA/SMK. Karena jika hanya mengandalkan internet, kemampuan setiap sekolah melakukannya belum merata dan juga terkait dengan kualitas sinyal yang dimiliki daerah di lokasi sekolah tersebut.

Kedua, Pembelajaran tidak langsung dengan menggunakan email atau perangkat media sosial seperti WhatsaApp, Telegram, atau Facebook. Selain menjadi media komunikasi, email dan perangkat media sosial juga bisa diandalkan untuk menyampaikan materi karena dilengkapi voice note, gambar, video, tangkapan layar, dan sebagainya. Dalam konteks ini, sekolah atau guru menyusun silabus/modul, kemudian materi diunggah lengkap dengan sumber daya pendukungnya. Berikutnya bisa ditentukan apakah materi dibuka berdasarkan jadwal atau langsung dibuka semuanya (self-paced learning model).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun