Mohon tunggu...
Agung Baskoro
Agung Baskoro Mohon Tunggu... Konsultan - Political Consultan | PR Strategist |

Political Consultant | PR Strategist | Tanoto Scholar | The Next Leader Award Versi Universitas Paramadina-Metro TV 2009 | Buku Status Update For The Best Student (Gramedia Pustaka Utama, 2012) | Juventini | Contact : agungbaskoro86@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bapak Rumah Tangga

18 Desember 2017   13:51 Diperbarui: 18 Desember 2017   15:13 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah setahun ini saya berperan juga di rumah dengan ikut mengasuh anak semata wayang kami yang berumur 4 tahun, memasak, mencuci, bersih2, dan tugas lainnya bersama istri. Sebelumnya saya lebih banyak bekerja karena hanya akhir pekan (baca : sabtu dan minggu) waktu yg tersisa untuk membantu istri di rumah.  Hal ini salah satunya karena kami sekeluarga harus merantau ke Kanada untuk keperluan studi s3 istri.

Jadilah setelah tiba di sini segala sesuatunya harus kami kerjakan sendiri. Perubahan drastis ini, sebenarnya pernah saya jalani secara pribadi saat merantau kuliah di Yogyakarta. Perbedaannya, kini saya sudah berkeluarga dan memiliki seorang putri. Mau tidak mau, hal tersebut membuat saya dan istri harus mempersiapkan detail pembagian jam kerja dan distribusi tugas yang harus dilakukan agar anak, rumah, dan pekerjaan tidak terbengkalai. Walaupun seiring berjalannya waktu, tugas -tugas yang ada secara alamiah (penuh kesadaran), kami selesaikan atas dasar saling mengerti tanggungjawab masing-masing.

Di tahap ini Saya merasa beruntung diberi kesempatan untuk menjalani aktivitas sebagai Bapak Rumah Tangga. Logika dan keseharian semacam ini sangat penting, karena memahami dan mengerjakan kegiatan tersebut ternyata membutuhkan energi yang besar dan kebijaksanaan. Selain soal membangun soal kesepahaman dengan istri dan anak, semua aktivitas tersebut dikerjakan secara mandiri tanpa bantuan pihak lain sebagaimana lazim di Indonesia. Tantangan berikutnya, setelah anak dan rumah terselesaikan adalah bagaimana saya harus tetap fit untuk mengerjakan berbagai pekerjaan dalam rangka mencari nafkah.

Rencana bekerja jarak jauh ini memang saya rencanakan sejak jauh hari sebelum keberangkatan. Hal ini menimbang anak kami yang masih kecil saat itu dan kesibukan istri di bangku perkuliahan. Sehingga, rumah menjadi pusat aktivitas Saya mulai bangun hingga tidur lagi nantinya. Jadilah, jam kerja saya seringkali harus menyesuaikan dengan waktu Indonesia demi kelancaran tugas-tugas dan komunikasi dengan pimpinan. Oh iya, perbedaan waktu antara Indonesia dan Kanada di musim panas 11 jam dan di musim dingin 12 jam, di mana waktu Indonesia lebih cepat. Artinya, Jam 09.00 WIB hari Senin di Indonesia, maka di Kanada untuk saat ini jam 21.00 hari Minggu.  

Di titik inilah, saya kagum dan hormat setinggi-tingginya dengan siapapun yg secara total mendedikasikan waktunya di rumah dan mereka2 yang mampu menyeimbangkan tugas di rumah dan di kantor. Dalam konteks kami, pembagian tugas di rumah menjadi penting, menimbang jadwal kampus istri cukup padat. Ya..selain kuliah S3, istri juga harus mempersiapkan riset dan menjadi asisten dosen. Sementara Saya, sampai tahun depan harus tetap bekerja jarak jauh (online) untuk beberapa kontrak proyek di bidang politik/PR dengan ruang lingkup kerja di Indonesia & menjaga keberlanjutan bisnis kecil keluarga bersama Adik.

Kalau ditanya capaian terbaik saya di tahun 2017 ini adalah kemampuan menjadi Bapak Rumah Tangga. Mungkin semacam tuntutan zaman bagi para milineal, bahwa seorang suami dan ayah tidak hanya harus piawai mencari nafkah tapi juga mesti bisa menjadi figur yg eksis untuk mengayomi anggota-anggota keluarganya di saat yang bersamaan. Jika disimpulkan, sesungguhnya menjadi Bapak Rumah Tangga bukan hanya sebatas ikut membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah, namun seorang suami yang juga tetap turut berpartisipasi mencari nafkah dan terlibat aktif dalam pola pengasuhan anak. Artinya, hadirnya tugas Bapak Rumah Tangga tidak mengeliminasi kemudian tugas utamanya sebagai seorang suami dan seorang ayah dalam mencari nafkah. Hanya saja wacana terkait "Bapak", "Ayah", atau bahkan "Suami" sering kurang seimbang, karena lebih menempatkan pekerjaan di atas kepentingan istri dan anak.

Terkait pola pengasuhan anak, posisi ayah memang tak bisa dianggap remeh sebagai pendidik. Menurut Prof. Ronald P. Rohner, Ph.D. dalam artikel The Importance of a Father's Involvement (2002), peran ayah membentuk pribadi dan emosi anak tidak kalah penting dengan ibu. Pada artikel lainnya, yakni The Importance of Father Love: History and Contemporary Evidence (1998), ditemukan korelasi antara absennya sosok ayah di keluarga dengan anak  yang cenderung bermasalah pendidikannya, nakal, hingga terbiasa menggunakan obat-obatan terlarang. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa sosok ayah dianggap sebagai pemimpin dalam keluarga. 

Bagi institusi apapun, kehadiran seorang pemimpin di tengah orang-orang yang dipimpinnya akan memberi panduan yang jelas atas berbagai hal termasuk dalam  proses tumbuh kembang anak agar lebih stabil. Sosok ayah inilah yang pada tahap berikutnya dapat berperan sebagai pengendali perilaku anak, sehingga, banyak sekali manfaatnya bagi anak, mulai dari kecenderungan untuk berprestasi di dunia pendidikan, tingkat IQ yang lebih tinggi hingga kepribadian yang terbentuk menjadi sosok yang penuh kasih.

Bapak Rumah Tangga akhirnya adalah soal kemampuan seorang suami atau ayah menjalankan tanggungjawab kepada keluarga yang dibentuknya agar ia lebih utuh memahami esensinya. Bahwa seberat dan seringan apapun ia mencari nafkah, itu tidak cukup menjadi alasan ia melupakan perannya untuk membantu istri dan mendidik anak-anaknya. 

Oh iya, di atas dan bawah ini sengaja saya lampirkan gambar meja-meja, agar sensasi Bapak Rumah Tangga dapat teman-teman rasakan juga. Meja-meja ini merupakan tempat-tempat  saya sering menghabiskan banyak waktu selama ini. Mungkin tampak biasa, tapi lokasi-lokasi tersebut punya makna mendalam terhadap hidup saya. Karena, mereka adalah 'kantor' yang mampu menghidupi saya lahir dan batin.

24991516-10156196921979095-6763919343473585494-n-5a376535f13344200b5d0225.jpg
24991516-10156196921979095-6763919343473585494-n-5a376535f13344200b5d0225.jpg
25289384-10156196921929095-4833972559084410672-n-5a376530ab12ae269e499f55.jpg
25289384-10156196921929095-4833972559084410672-n-5a376530ab12ae269e499f55.jpg
25158294-10156196922054095-337805203692924393-n-5a37656dcaf7db21494df5b3.jpg
25158294-10156196922054095-337805203692924393-n-5a37656dcaf7db21494df5b3.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun