Dulu sewaktu BB - berat badan -- ini di kisaran 100 kg, semangat diet saya begitu membaja. Pemicunya adalah sakit yang lumayan, sampai badan kepayahan kalau digerakkan. Karena tak mau mengalami lagi, maka tekad ini sedemikian kuatnya.
Saya masih ingat, betapa patuhnya nasihat dokter dan ahli nutrisi. Saya hafal betul, jenis asupan apa saja yang musti dikonsumsi. Saya begitu rajin olahraga, ke mana pergi selalu membawa air putih.
Setiap penurunan berat badan, meski sedikit disambut penuh suka cita. Saya semakin bersemangat, untuk olahraga dan menjaga pola makan.
Saking ketatnya menjaga asupan, lidah ini seperti asing dengan beberapa makanan pantangan. Pernah salah ambil dan minum teh manis, seketika saya berhenti minum dan kaget. Reflek saya ke wastafel, the yang sudah di mulut dikeluarkan lagi.
Melihat gorengan rasanya sudah anti, apalagi membayangkan makan dan mengunyahnya. Pun tepung-tepungan, makanan bersantan, gula dan semisalnya. Semua tidak masuk daftar keinginan, saking patuhnya nasihat dokter.
Saya butuh waktu sekitar satu tahun-an, untuk mencapai bobot 75 kg -- artinya turun 25 kg dari berat awal. Badan ini rasanya enteng dan fresh, tidak gampang masuk angin dan kalau lari tidak lekas ngos-ngosan.
Untuk pengalaman ini, saya pernah bagikan di beberapa tulisan. Bahkan saya pernah, diminta mengisi kelas hidup sehat.
Brand buah ternama yang support saya, pernah mengirimi paket buah sebulan sekali selama dua tahun - alhamdulillah. Pas banget moment-nya, saat itu saya menjadi fruitaholic of the year 2026 & 2018.
Ya, diet memang susah tapi mempertahankan jauh lebih susah.