Kompasianer terutama di Jabodetabek, saya yakin tidak asing dengan Masjid Cut Meutia. Masjid ikonik, yang lokasinya sangat strategis. Menuju masjid ini sangat mudah, karena dilintasi transportasi publik. Baik Bus Transjakarta maupun Commuter line, dengan biaya sangat terjangkau.
Saya yang anker -- anak kereta--, memilih Commuter sebagai moda transportasi andalan. Dari stasiun Pondok Ranji Ciputat sampai Stasiun Gondangdia, hanya dikenakan tarif Rp. 3.500,- saja.
Dari Stasiun Gondang dia ke Masjid Cut Meutia, hanya berjarak sekira 250 meter atau 4 menit dengan jalan kaki. Suasana sekitar masjid cukup sejuk, ditumbuhi pepohonan besar dengan daun yang rimbun.
Btw, yang mau kulineran di sekitar masjid tak perlu bingung. Sangat banyak pilihan, mulai kuliner kaki lima kelas menengah bahkan restoran.
Nah, di bulan Ramadan bisa menjadi moment yang pas. Berwisata religi ke Masjid Cut Meutia, menikmati vibes heritage yang kental dan terawat.
-----
Bangunan Masjid Cut Meutia, dibangun pada masa penjajahan Hindia Belanda. Selesai pengerjaannya pada tahun 1912, digunakan sebagai kantor biro arsitektur dan pengembang N.V. De Bauploeg.
Kemudian pernah digunakan sebagai Kantor Pos, Kantor Jawatan Kereta Api Belanda, dan kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dipergunakan sebagai Kantor Urusan Perumahan, hingga Kantir Urusan Agama (1964 -- 1970). Pada masa Gubernur Ali Sadikin, diresmikan sebagai masjid tingkat provinsi dengan SK 5184/1987 pada 18 Agustus 1987.