Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Serunya Melihat Pengolahan Dodol Khas Tenjo

4 Maret 2023   05:51 Diperbarui: 5 Maret 2023   21:01 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer yang anker (anak kereta) green line---Relasi Rangkasbitung Tanah Abang--, saya yakin tidak asing dengan Stasiun Tenjo. Stasiun yang cukup unik, hanya melayani dan dilewati satu jalur Commuter Line saja.

Bangunan Stasiun ini relatif kecil, di bagian peron satu dibuat semi terbuka. Peron di jalur menuju Rangkasbitung, dibatasi anyaman dari pagar besi. Sehingga kita bisa melihat, suasana di luar Stasiun tanpa penghalang yang berarti.

Saya pernah ke Tenjo di tahun 2022, ketika itu belum dipasang pagar besi. Hari itu hari Jumat, saya mengejar jam sholat Jumat. Saking tidak mau ketinggalan jumatan, turun dari commuter saya langsung melompat keluar dari peron 1.

Setelah jumatan selesai, baru tap out KMT di mesin pintu keluar. Karena kalau tidak tap out, yang rugi saya sendiri, KMT bisa tidak bisa digunakan lagi.

----

Di kemudian hari, ada yang baru saya tahu tentang wilayah Tenjo. Bahwa di wilayah pinggiran Kabupaten Bogor ini, ternyata ada oleh-oleh khas yaitu dodol Tenjo. Saya mengenal pemiliknya, melalui instagram. Ketika saya posting video, ada akun UMKM meninggalkan komentar. Kemudian saya reply, berlanjut ngobrol di direct message.

Sesuai kesepakatan, kami membuat janji bertemu. Saya ke pusat produksi Dodol Boga Rasa Tenjo, oleh oleh khas Kabupaten Bogor. Lokasinya tak jauh dari Stasiun Tenjo, sekitar empat menit jalan kaki.

Menurut Kang Egi, generasi kedua Dodol Boga Rasa Tenjo. Kali pertama berproduksi pada 1999,jatuh bangun dialami ibunya, dan kini usaha rumahan ini diteruskan. Obrolan siang itu cukup gayeng, kami tak canggung saling memanggil "Kang".

Tak ketinggalan, olahan dodol khas Tenjo disuguhkan sebagai camilan. Kini ada empat varian rasa dijajar, yaitu original, wijen, karamel dan durian. Saya paling suka rasa original, lebih akrab di lidah.

"kalau Ramadan, ada dua rasa tambahan, yaitu nanas dan kacang,"jelas Kang Egi.

dokpri
dokpri

Serunya Melihat Pengolahan Dodol Khas Tenjo

Saya sangat salut, dengan mental fighting dan tekun. Dodol Boga Rasa, telah bertahan dua dasawarsa lebih. Tentu banyak cerita dilewati, yang membutuhkan keteguhan stamina. Dan melalui usaha rumahan ini, bisa menebarkan kemanfaatan bagi lingkungan sekitar.

Untuk proses produksi dodol, setidaknya melibatkan 30 tenaga kerja. Mereka adalah tetangga di sekitaran rumah, sebagian besar ibu-ibu. Job desk para ibu, dibagian golong atau membentuk adonan dodol --siap jual-- menjadi bulat panjang. Kemudian dilanjutkan packing, dan siap dipajang di gerai.

Sedang tenaga laki-laki, ditempatkan di bagian dapur yang notabene butuh tenaga ekstra. Saya berkesempatan masuk ke dapur produksi, dan peluh langsung menembus pori-pori. Ruangan yang dipenuhi asap, dari bara api olahan dodol, menjadi tantangan.

Pengolahan dodol masih menggunakan tungku tanah, dan kayu sebagai bahan bakarnya. Tapi justru membuat hasil olahan harum, dan mempengaruhi citarasa. Sungguh saya excited, mengikuti pengolahan di dapur produksi.

Proses pengolahan, dimulai dari pembuatan minyak alami dari kelapa parut. Menurut petugasnya, proses mengaduk minyak butuh waktu sekitar satu jam. Setelah minyak kelapa siap, baru dimasukan tepung ketan. Mengolah tepung butuh kesabaran, musti siap mengaduk sekitar empat jam. Sungguh, butuh stamina prima menjadi pengolah dodol.

dokpri
dokpri

Dodol Boga Rasa Khas Tenjo, menggunakan bahan baku alami tanpa pengawet. Bahan-bahan didapat dari petani langsung, sehingga kualitasnya terjamin. Untuk keputusan ini, berdampak bagi pemberdayaan petani.

Sebagian besar proses dikerjakan secara manual --kecuali menggiling ketan menjadi tepung--, membuat tekstur dodol lebih lembut, terasa legit dan pas digigit. Dan ketahanan dodol cukup lama, sekitar satu -- dua minggu disimpan di suhu ruangan.

Sistem penjualan masih langsung dan via medsos, hanya titip ke empat toko di daerah Rangkasbitung. Selain gerai yang menjadi satu dengan pusat produksi, juga ada gerai di Parung Panjang---dikelola kakak Kang Egi.

Saya sudah mencoba keempat varian rasa, dan memang rekomended untuk oleh-oleh. Teksturnya lembut dan tidak kenyal, cocok sebagai camilan. Ditambah kemasannya yang rapi, worth it dan pantas dijadikan hampers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun