Kompasianer, tanpa terasa ya. Terhitung tidak genap seratus hari, bulan suci Ramadan akan segera tiba. Smoga kita sehat, disampaikan waktu hingga bulan suci---aamiin. Saya ingat, pada Ramadan bersamaan masa pagebluk berlangsung. Â Sebagian besar kita terkendala, bahkan dunia serasa dilanda prahara.
Kita menjalankan ibadah (sholat fardhu, taraweh) di rumah, itikaf bahkan sholat Idul Fitri tidak di masjid. Lebaran tanpa mudik, selain dilarang --pemerintah---juga kesulitan pengadaan ongkos.
Berpuasa dengan sebagian besar waktu di rumah, membuat saya leluasa menyaksikan film para Nabi dari youtube. Sungguh, banyak hikmah dipetik dari kisah manusia pilihan. Seorang nabi yang juga manusia biasa, menempuh jalan hidup seperti orang kebanyakan.
Nabi diterpa masalah keseharian, layaknya umatnya hingga kita umat akhir jaman. Diuji ketakutan, kekhawatiran, sedikit kekurangan. Termasuk diuji tahta dan kekayaan, misalnya Nabi Sulaiman. Tetapi dalam kelonggaran atau semerana apapun, pribadi pilihan ini geming menomorsatukan Tuhan.
Para Nabi dalam keseharian, juga bekerja menafkahi keluarga, bertetangga bermasyarakat, bercocok tanam. Mereka juga disatroni /dikucilkan orang sekitar, dicemooh, diremehkan, ditentang ajarannya dan lain sebagainya.
Ada Nabi yang berdagang, ada yang menggembala kambing, Nabi yang tukang kayu. Pun ada Nabi yang seorang raja, saudagar, ahli diplomasi, dan lain sebagainya. Pendek kata, segala jenis pekerjaan dilakoni. Â
Yang patut dicontoh, mereka sungguh-sungguh menjalankan (apapun) profesinya. Para Nabi tiada tinggi hati, hanya karena sedang berkelebihan harta dunia. Sekaligus tak rendah diri, karena sedang dalam kondisi berkesusahan. Dalam segala situasi, mereka bekerja penuh totalitas di segala ranah pekerjaan.
Insight tertanam di benak saya, bahwa bekerja adalah ibadah dan menjalankan fitrah manusia. Lepas dari hasil yang menjadi hak prerogatif Tuhan, bekerja adalah Sunatullah. Notabene Nabi juga kepala keluarga, istri istri dan anak-anak mereka punya hak dinafkahi.
-----------
Saya ada kenalan yang memrihatinkan sikapnya, di usia tidak muda aura wibawa itu meredup. Dulu kenalan ini bekerja di perusahaan swasta, diberhentikan karena satu masalah. Sayangnya, sepeninggal dari pekerjaan itu semangatnya mlempem. Sang istri yang terus mengingatkan, dan kerap ditanggapi dengan kalimat bernada tinggi.Â