Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Komunitas adalah Jalan Ninjaku Bertoleransi

17 April 2022   11:35 Diperbarui: 17 April 2022   11:45 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi dua tahun terakhir, dampaknya masih terasa sampa sekarang. Kita dituntut beradaptasi, dari kegiatan offline menjadi online. Tetapi ada kegiatan komunitas sangat berkesan, kami pengurus menamainya (kegiatan) anjangsana. Yaitu mengunjungi tempat ibadah lintas agama, sembari menyampaikan sabun cuci tangan cair.

Kompasianer pasti ingat, ada saatnya (pertengahan 2020) hand sanitizer dan masker menjadi barang langka. Kalaupun ada harganya selangit. Konsumen saling berebut dan memborong, kawatir tidak kebagian barang.  Duh, sedih kalau mengingat kejadian itu.

Sabun cuci tangan cair, relatif cukup aman. Ketersediaannya terkendali, baik di minimarket maupun toko grosir atau warung kecil. Sabun cuci tangan cair, menjadi barang yang belum diburu konsumen.

------

Islam datang sebagai rahmat bagi semesta, maka kedamaian (seharusnya) menjadi output-nya. Tak bisa dipungkiri, bahwa Alloh SWT menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa tentu dengan tujuan luar biasa.

"Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maka Teliti" 

Surat Al Hujurat ; 13 


Sunatullah menetapkan, bahwa kita memang diciptakan berbeda. Saya sangat yakin, bahwa di setiap syariat mengandung kebaikan untuk manusia. Kita dianugerai akal pekerti, untuk mengambil hikmah soal perbedaan. Salah satunya, melahirkan sikap toleransi.

Kanjeng nabi Muhammad SAW, adalah contoh ideal soal keteladanan bertoleransi. Monggo silakan searching, kejadian perjanjian hudaibiyah, atau peristiwa fathu Makkah. Sebagai pemimpin dengan pasukan perkasa, terjawablah sudah soal toleransi itu.

Toleransi Rasul dalam hal keseharian, bisa dilihat di kisah beliau menyuapi pengemis yahudi yang buta. Sementara sembari mengunyah, si pengemis mencaci maki nama Muhamad (tidak tahu bahwa yang dicaci sedang memberinya makanan).

Setelah Kanjeng Nabi tiada, si pengemis baru paham. Orang yang selama ini dia caci, justru orang yang paling lembut bersikap terhadapnya. Dan notabene berbeda keyakinan.

Saya, manusia biasa dengan segala keterbatasan. Berusaha, meneladani sifat Rasulullah. Meski hanya seujung kuku, tetapi ingin mengupayakan hal itu. Agar tidak didahului datangnya sesal, ketika kesempatan tertutup ajal terlanjur menjemput.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun