Bisa menjejak di tanah kelahiran, bisa menjumpa orang yang kepadanya saya berutang budi yang tak terbayarkan.
Mengujungi makam (alm) ayahanda, menjadi agenda wajib tak ditinggalkan.
Kepada mendiang lelaki bersahaja dan irit bicara itu, darah dan jiwanya telah terukir di sanubari.
Hari itu, saya memilih pulang dan merengkuh rindu.
Sebelum rasa sesal datang, sebelum kesempatan itu hilang dan tak kembali lagi.
Kompasianer, yang punya kampung halaman, yang ayah dan atau ibu masih ada.
Pulang dan rengkuh rindumu.
Semoga bermanfaat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!