Apalagi yang ayah ibu masih bisa ditemui dan dipeluk.Â
Sungguh jangan disia-siakan waktu, jangan biarkan kesempatan berlalalu.
---
Sejak pandemi dan larangan keluar kota diberlakukan, saya sangat kesulitan untuk pulang kampung.
Padahal sebagai perantau kawakan - hampir 30 tahun -- , saya punya jadwal mudik.
Apalagi dulu saat masih bekerja di Surabaya, sewaktu-waktu bisa pulang kampung.
Pasalnya waktu dan jarak tempuh lumayan singkat, tersedia kendaraan umum selama 24 jam.
Saya bisa sampai kampung subuh, kemudian sore harinya kembali ke Surabaya.
Darah dan tenaga muda kala itu, masih memungkinkan untuk kegiatan marathon seperti itu.
Baru setelah pindah ke Jakarta, kemudian menikah dan beranak pinak, urusan mudik tidak sesederhana saat bujangan.
Musti direncanakan jauh hari, kalau mudiknya rombongan bareng istri dan anak-anak.