Sampai di peristirahatan, saya melihat penjual makanan bersepeda kumbang dengan kotak design motif khas Batak.
Si abang memakai rompi bahan kain ulos, topi hitam bundar bertengger di kepala.
"Ombus-ombus-nya Pak, silakan," Â Sadar sedang diperhatikan si penjual menawarkan, "Makanan khas Siborong Borong".
L. Siahaan nama si abang, sudah puluhan tahun berkeliling menjajakan makanan tradisional.
Panganan berbahan tepung beras, diberi gula merah dan gula putih ditengahnya, dibungkus daun pisang dan dikukus.
"Ombus-ombus artinya apa Bang?" tanya saya penasaran.
"Diambil dari kata dihembus," jelasnya.
Menyantap kue ombus-ombus, lebih nikmat dalam keadaan hangat (beberapa saat setelah diangkat dari pengolahan).
Kegiatan dihembus-hembus (seperti meniup lilin) sebelum digigit dan dikunyah, menjadi asal muasal nama kue ini.
Harga dibandrol Bang Siahaan relatif murah, sebungkus hanya dua ribu rupiah saja. Dalam sehari, terjual rata-rata dua ratus bungkus.