Saya masih ingat bagaimana gemuruh di dada, menjelang dan saat ijab kabul diucapkan. Campur aduk antara gugup dan haru, meski akhirnya bisa dijalani dan dilalui dengan baik.
Tetapi di benak ini ada satu perasaan mengemuka (ketika itu), adalah tentang besarnya tanggung jawab akan diemban.
Mengingat saya sudah tidak sendiri lagi, artinya ada istri yang menjadi kewajiban untuk dinafkahi.
Ikatan syah secara hukum dan agama, yang menjadi tanggung jawab dunia dan akhirat.
Menikah adalah tahap baru kehidupan, yang (sebenarnya) tidak ringan dijalani tetapi terkandung hikmah luar biasa.
Bahwa pernikahan disyariatkan agama, maka saya meyakini pasti ada "sesuatu" yang didapat dibalik tantangan disediakan.
Sebegitu utamanya menikah, Rasulullah SAW memberi keteladanan kepada umatnya.
Bagaimana menjalankan kehidupan berumah tangga, menurut tuntunan Quran dan sunnah.
Dengan mempersembahkan sikap terbaik untuk pasangan, sekaligus memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang.
Dari orang-orang terkasih inilah, kebahagiaan hakiki insyaAllah akan diraih.