Suatu saat, saya pernah menerima pesan inbox atau fitur pesan di facebook. Melihat profil pengirim, ternyata seumuran anak saya. Dari kalimat yang ditulis, rupanya anak ini baru menemukan dan membaca tulisan saya.
"Assalamualaikum maaf pak ganggu apa bener ini agung han yang ngirim di google yang judul ny buah hati masuk pesantren dn tips2 nya
Saya mamu minta saran nya pak saya udah mau 3 tahun mondok (masuk kls 3 smp) tpi masih kangen sama ibu"Â
Antara senang dan haru, tulisan yang tayang tahun 2018 Â ternyata masih dibaca dan mendapat apresiasi. Saya belum mengenal pembacanya, kemungkinan isi tulisan related dengan yang sedang dialami (saat membaca).
Seketika itu saya mengamini pernyataan Buya Hamka, bahwa setiap tulisan memiliki takdir dan -- dengan caranya sendiri-- akan menemui pembacanya.
Seandainya setiap blogger Kompasiana (Kompasianer), sehari sekali atau dua hari sekali atau seminggu sekali, menayangkan satu saja tulisan.
Saya membayangkan di belahan bumi sebelah mana, (bisa jadi) ada pembaca terinspirasi dengan tulisan tersebut. Tidak harus seketika itu juga, mungkin satu atau dua tahun kemudian. Entahlah.
Tidak selalu tulisan akademis yang membuat jidat berkerut. Artikel ditulis yang sederhana dengan bahasa sehari-hari, berdasarkan pengalaman sendiri. Sangat mungkin tulisan seperti itu bermanfaat.
Kembali ke pesan di inbox FB , saya membalas dengan nasehat layaknya ayah ke anak. Di ujung pesan saya menuliskan,Â
"Kalau ada yang ditanya lagi, jangan sungkan japri saya ya"
------