Ayah adalah orang yang berdiri di depan, meraup kepedihan setiap orang di rumah itu. Rela pasang badan, ketika istri dan anak-anak ketakutan.
"(bagi ayah) berkorban itu bukan sesuatu yang menyakitkan. Tetapi musti diperjuangkan dan dirayakan"
Untuk mencerna kalimat, saya pause video dan mengambil jeda sesaat, ego seperti berada diantara timbul dan tenggelam.
Pengorbanan (secara kasatmata) memang tak mengenakkan, tetapi proses berkorban sebuah keniscayaan yang ada dan dibutuhkan dalam hidup ini.
Saya langsung ingat (alm) ayah, yang seorang guru Sekolah Dasar di daerah pelosok. Kemampuan keuangan tak seberapa, tetapi menyoal pengorbanan sungguh luar biasa.
Jerih payah yang dilampaui tanpa mengeluh, membuat pengorbanan ayah menjadi catatan emas yang tertorehkan di benak saya.
Saya kepikiran kesabaran ayah dalam berkorban, disebabkan rasa ikhlas yang menyertai. Sehingga beliau pasrah, kemudian memperjuangkan dan merayakan proses (pengorbanan) ini.
Setelah sekarang peran ayah disandang, saya sepakat dan (sedang) belajar bahwa berkorban semestinya bukan sesuatu yang menyakitkan.
-----
Satu setengah dasawarsa lebih membina rumah tangga, saya mengalami dan merasakan masa naik turun itu. Kondisi tak terprediksi bisa datang sewaktu- waktu, sungguh menguji emosi dan menguras energi.