Menjalankan kegiatan di komunitas agar kontinyu, bisa dibilang susah susah gampang. Para penggiat sebaiknya jangan lekas menyerah, dari sekian cara dicoba -- saya yakin-- biasanya ada satu dua yang relatif efektif.
Terbentuknya komunitas, salah satunya didasarkan kesamaan minat atau hobi bisa juga domisili. Kemudian musti ada orang yang menginisiasi, sekaligus menyediakan diri sebagai penggerak.
Mengingat berkomunitas sifatnya sukarela, aturannya cenderung longgar dan tidak mengikat. Kegiatan kebanyakan bersifat non profit, maka para penggiat jangan berharap muluk soal benefit.
Kalau perlu, pengurusnya bersedia kerja bakti. Karena berhenti atau lanjutnya kegiatan di komunitas, sepenuhnya tergantung di pungurus.
Tetapi dengan berkomunitas, bisa menjadi sarana mengasah soft skill. Sebagai jalan meluaskan pertemanan, membukakan pintu  kesempatan yang tidak disangka.
Melalui komunitas juga, sikap empati dipupuk, Â melatih mengemban amanah, menjalankan tanggung jawab atas keputusan diambil, sekaligus melatih mengelola ego.Â
----
Saya mulai berkomunitas dari berseragam biru putih. Sebagai salah satu pengurus di OSIS, lumayan banyak kegiatan saya ikuti.
Hampir di semua acara sekolah, menyertakan nama saya sebagai panitia --seringnya sebagai sie perlengkapan, hehehe.
Saya bisa merasakan ulang, semangat saat mengangkat kursi jelang perpisahan kakak kelas. Kemudian saat acara berlangsung, Â krat minuman botol saya tata sedemikian rupa.
Selesai acara lagi-lagi memberesi meja kursi, menginvetaris peralatan jumlah sesuai data awal. Capek juga ternyata, tetapi hati ini senang rasanya.
