Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur, So What?

16 Mei 2021   13:06 Diperbarui: 16 Mei 2021   13:12 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar | cnnindonesia.com

Saya masih bisa merasakan, getaran berkecamuk di benak puluhan tahun silam. Terutama di kalimat "keajaiban dunia", ada perasaan bangga berpendar. Bangga Borobudur, telah menduniakan nama Indonesia.

Tetapi terlepas dari keagungan nama disandang, serta pengakuan sebagai karya besar nenek moyang bangsa Indonesia. Seharusnya banyak value terkandung, bisa kita gali dan dampaknya dirasakan lebih oleh masyarakat lintas jaman.

Sangat disayangkan, kalau  candi se-prestisius Borobudur, hanya sekedar dijadikan jujukan wisata tempat selfie. Eman-eman, kalau hanya berhenti sebagai daftar kunjungan turis di Magelang kemudian nyambung ke Jogja.

Candi yang berdiri di abad 8, semestinya memiliki cakupan kemanfaatan yang sangatlah besar dan luas. Keberadaan Borobudur yang masih kokoh hingga hari ini, adalah bukti bahwa kita berasal dari nenek moyang yang tangguh dan hebat.

Sebagai bangsa kita ditakdirkan hebat, sudah menjadi kewajiban generasi dari masa ke masa merawat takdir kehebatan itu.

Borobudur adalah wonderful Indonesia diakui bahkan oleh turis mancanegara, sampai sekarang masih bisa didatangi, dilihat, diraba dan dirasai. Sangat mungkin kalau semangat kehebatannya, kembali dihadirkan dalam konteks kekinian.

Semangat kehebatan itu, dihadirkan di berbagai bidang kehidupan. Sesuai keahlian kita masing-masing, sesuai disiplin ilmu yang dikuasai dan tekuni. Dan ujungnya mengerucut pada satu titik, bahwa Borobudur ada untuk kesinambungan kemanfaatan orang banyak.

Kalau ada pepatah Arab, "Khairunnas Anfa Uhum Linnas" atau sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya. Maka seniman hebat di balik SoB, sedang mengejawantahkan pepatah tersebut.

Kami, adalah sekelompok musisi yang mencoba membunyikan catatan peradaban itu melalui seni, khususnya musik. Kami mendapati adanya alat-alat musik di pahatan dalam panel-panel relief candi, sedikitnya terpahat 45 jenis alat musik yang sebarannya pada hari ini meliputi 34 provinsi di Indonesia, dan minimal 40-an negara di seluruh dunia. Bahkan, kami menemukan banyak relief yang menggambarkan suatu ansambel musik yang bermain bersama dalam satu panel. Lengkap dan modern, memenuhi segenap persyaratan sebagai musik modern : ada cordophone, ideophone, Membranophone dan aerophone.

Catatan Trie Utami

Sound of Borobudur, So What ?

Dengan runut saya membaca catatan Trie Utami di blog, tak ketinggalan menyimak pemaparan (Purwacaraka, Dewa Budjana, Trie Utami) di Youtube.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun