Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Anak Belajar Shaum dari yang Bedug dan Ibadah Ramadan Lainnya

2 Mei 2021   21:53 Diperbarui: 2 Mei 2021   21:57 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekira usia taman kanak-kanak, saya mulai berlatih menjalankan ibadah puasa. Hal ini dipicu oleh teman-teman sepermainan, yang sudah mulai berpuasa. Ibu menyarankan pada bungsunya, sebaiknya mulai dari puasa bedug dulu. Alias puasa setengah hari, alias  berbuka ketika adzan duhur berkumandang.

Saya sendiri kurang paham, asal muasal puasa bedug. Hanya setau saya, lazim untuk anak yang baru kali pertama puasa. Mungkin biar tidak terlalu kaget, mengingat puasa sehari penuh butuh persiapan (fisik dan mental).

Sebagai anak saya manut , yang  penting sudah menjalankan ibadah puasa. Mengingat temen sebaya, kebanyakan sudah mulai puasa.

Jadi, kalau sewaktu-waktu ada teman bertanya. "Kowe poso opo ora?", dengan bangga (boleh nggak sih---hehehe) si anak kecil menjawab "Yo poso to" -- ya puasa lah. Saya bisa menjawab dengan kepala tegak, tanpa menyiratkan sedikit ragu.

Anak tidak puasa kala itu, (biasanya) musti menyiapkan segudang alasan saat ditanya kawan. Itupun belum cukup, siap untuk tidak diajak bermain atau tidak diajak taraweh dan sebagainya.

"Nek ra poso, yo ora usah taraweh" -- kalau tidak puasa ya tidak usah taraweh, ujar seorang teman terkesan merendahkan.

Padahal sih, kalau mau menjawab tidak jujur (atau jawab "puasa") bisa saja. Tetapi bahwa (di otak ini kepikiran) berbohong di bulan Ramadan, seperti melepaskan setan dari ikatan rantai besi.  Itu yang membuat saya urung berbohong, dan saya tak menyesali---hehehe.

-----

Di kemudian hari, kepada anak-anak hal serupa terulang. Tanpa saya atau ibunya minta, mereka latihan puasa dari kelas TK A. Atau sekira umur 4- 5 tahun. Mula mula puasa setengah hari, kemudian di Ramadan berikutnya anak-anak puasa sehari penuh.

Saya sempat tak percaya, pada Ramadan tahun kedua puasa mereka tidak bolong.  Eh, sekali sih saat anak lanang sakit. Artinya alasan tak puasa karena hal yang benar-benar syar'i.

Mereka menjalankan puasa sehari, selama satu bulan penuh pada umumnya tak berkeluh kesah. kecuali sekali anak gadis bilang lapar, itupun tidak mau ketika disuruh membatalkan puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun