Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkorban Itu (Seharusnya) Bukan Sesuatu yang Menyakitkan

3 April 2021   05:34 Diperbarui: 3 April 2021   05:35 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mengamini, sekolah menjadi orangtua itu sungguh tak ada selesainya. Selama hayat dikandung badan, tugas itu tak bisa dilepaskan. Ilmu dan pembelajaran baru akan terus bermunculan, di sepanjang menjalani peran pengasuhan.

Jatuh bangun, jatuh lagi dan bangun lagi akan terus bergantian tanpa bisa dielakkan. Ibarat roda yang berputar agar sampai tujuan, demikian hidup memberi perumpamaan.

Bahwa kondisi tak terprediksi bisa datang setiap saat, dan tak jarang membuat terkaget- kaget. Maka tak ada pilihan lebih bijak, kecuali menghadapi sambil memetik hikmahnya.

Pergantian cuaca kehidupan, tak lain demi kekokohan mental suami istri.  Ujian demi ujian semestinya menjadi alasan bergandeng tangan, mengeratkan ikatan suami dan istri.

Saya meyakini manusia diciptakan dengan semulia-mulianya, dengan dibekali akal pekerti sebagai kunci. Konon kemampuan mencari solusi ditakar, bahkan melebihi masalah yang dihadapi. Seperti termaktub di ajaran manapun, bahwa manusia tak diuji melebihi batas kemampuan.

Maka fitrah musti dijaga jangan disia-siakan, jangan mudah lepas tangan dan menyerah kalah. Karena setiap masalah dihadapi, sejatinya cara kehidupan menaikkan nilai kemanusiaan itu sendiri.

Bertebaran kisah masa lampau dijadikan pelajaran, melalui nama --nama berpengaruh berkontribusi membangun perdaban. Mereka manusia pilihan, memiliki pendirian teguh dan dijadikan panutan. Keteladanan berlaku melintasi jaman, sebagai acuan bagi generasi kemudian.

-----

Pandemi membawa perubahan dahsyat, seluruh sektor kehidupan terdampak. Alam seperti memaksa dan menuntun kita untuk belajar lebih, mengambil hikmah dari kejadian ini semua.

Mungkin saja selama ini kita terlalu abai, akibat kenyamanan hidup yang dirasakan selama ini. Sehingga perlahan-lahan hati mengeras, tak mudah peka dengan isyarat semesta.

Sebagian besar kita yang selalu dilanda kesibukan, maka saat ini diberi keberlimpahan waktu. Rutintias keseharian tiba-tiba hilang, mulai dari kebiasaan berangkat ngantor saat subuh, kebiasaan mengejar kendaraan umum, bepergian ke sana kemari dsb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun