Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasangan Soleh dan Solehah Penting, Sebaiknya Ditambah Kesepadanan

4 Februari 2021   11:45 Diperbarui: 5 Februari 2021   07:37 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber | wajibbaca.com

Saya terkesan tausiyah Ustad Budi Ashari Lc, ketika menjawab pertanyaan seorang jamaah. Pertanyaan masalah rumah tangga, yang sangat bisa saja kita temui di sekitar. Sang suami soleh dan istrinya solehah tetapi nyatanya bercerai. Jujur saya dibuat penasaran, hikmah apa terkandung dibalik kejadian tidak biasa.

Saya tidak sampai di pikiran akibat minim ilmu. Dan jawaban sang Ustad sangat mencerahkan, gelap bersemayam di benak tersibak seketika.

Tersebut kisah di Qur'an, pasangan Zaid bin Haritsah (putra angkat Nabi) dan Zainab binti Jahsi. Kedua orang baik dan luar biasa, sekilas saya melihat sebagai pasangan ideal. Setahun menikah Zaid menghadap Rasulullah dan mengeluh tentang istrinya. Kanjeng Nabi minta untuk dipertahankan, tetapi Zaid tak kuat dan keduanya memilih bercerai. Rasulullah mendoakan keduanya mendapat pasangan lebih baik. Kelak Zaid menikah lagi dan memiliki anak Usamah bin Zaid, adalah panglima termuda (18 th) di sepanjang sejarah islam.

Hikmah dibalik kejadian ini sungguh luar biasa, para ahli ilmu dan ulama menyimpulkan. Bahwa suami soleh dan istri solehah memang penting, tetapi ada sisi lain perlu diperhatikan. Adalah kesepadanan atau kesetaraan atau sekufu.

Konon Zaid bin Harisah adalah budak yang nantinya dibebaskan, sementara Zainab wanita Quraish nasab terhormat di Arab. Ketidaksetaraan di awal itu, seiring berjalan waktu si suami tidak bisa naik dan istri tidak bisa turun. Andai saja Zaid bisa dan Zainab bisa menyesuaikan, kemungkinan perceraian tidak terjadi.  

Kisah ketidaksepadanan terjadi pada Rasulullah, yang menikahi Siti Khadijah. Sang istri saudagar kaya dan baginda Nabi adalah karyawannya. Tetapi Baginda dan sang istri saling menyesuakan. Khadijah paham suami ahli dagang, maka diserahkan seluruh harta untuk dikelola. Setelahnya Khadijah menjadi tergantung kepada kanjeng Nabi.

Masih di tausiyah yang sama, saya menyimpulkan bahwa kendala kesepadanan relatif minim terjadi apabila suami lebih tinggi. Karena fitrah suami adalah qowwam (pemimpin), sehingga wajar apabila istri tergantung lelaki menjadi imamnya.

Tangkapan Layar- dokpri
Tangkapan Layar- dokpri

Pasangan Soleh Solehah Penting,  Sebaiknya Ditambah Kesepadanan

Kompasianer, saya yakin sangat familiar dengan istilah bibit, bobot, bebet. Orangtua saya dulu mewanti-wanti, mencari istri yang sejajar supaya tidak njomplang. Ketika tidak seimbang dan tidak dibarengi upaya menyeimbangkan, tentu tidak sehat untuk sebuah rumah tangga. Kemudian dari guru agama di sekolah saya mengenal istilah kufu atau sekufu, yang artinya sepadan atau setara. Suami istri dalam kesepadanan bisa ditinjau dari berbagai aspek. Sekufu tidak melulu diukur dari kaya atau miskin, ada beberapa aspek dan bisa dijadikan acuan.

dokpri
dokpri
Menurut beberapa mazhab, ada yang melihat sekufu dari sudut agama, strata sosial dan pekerjaan. Ada yang mazhab lain berpendapat, sekufu ditilik pada kesamaan dan kualitas beragama.

Dari Abi Hurairah radhiallah 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun