Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Para Suami, Lembutkan Hatimu dengan Mendampingi Istri Melahirkan!

30 Juli 2020   04:41 Diperbarui: 30 Juli 2020   09:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih ingat bagaimana sesaknya dada ini, ketika mendampingi istri melahirkan anak pertama. Rasanya tidak tega, ingin sekali mengambil alih sakit ditanggung belahan jiwa.

Hal yang sama terjadi berulang, ketika istri berjuang pada kelahiran anak kedua. Rasa gugup yang dikira tidak bakal terjadi (karena sudah pengalaman), nyatanya tidak bisa dibendung.

Dari rahim perempuan, yang dulunya bukan siapa-siapa saya itu. Telah hadir buah hati, yang kepada mereka rasa sayang yang besar ini terpaut.

Sampai anak-anak kini beranjak besar (mbarep sudah mondok), kadang saya masih saja menganggap mereka anak kecil.

Rasa sayang seperti tidak berpenghabisan, bahkan gadis kecil yang mau sepuluh tahun, sesekali saya memaksa menggendong (meski tidak kuat lama-lama).

Ya, kadang saya suka kebablasan mengekspresikan rasa sayang. Meski sikap demikian, muncul reflek atau tanpa dibuat-buat.

Saya mempercayai, bahwa kehadiran istri dan anak- anak tiada banding dan tiada sanding. Keberadaan mereka sama sekali bukanlah beban, tapi amanah yang musti diitunaikan.

Meskipun tak bisa dipungkiri, sesekali pertahanan ini kadang goyah. Ketika pundak terasa penat, dan ketika segala upaya seolah menemui kebuntuan.

Tetapi saya suami dan ayah, yang tak mau kalah dengan ego diri. Dan kemudian segera menyadari, bahwa setiap ayah di dunia ini seharusnya menjadi lelaki beruntung.

Pasalnya para ayah, telah mendapatkan kepercayaan luar biasa. Mengemban tugas keayahan, dan ini bukan tugas sembarangan.

Namanya juga mendapatkan sebuah kepercayaan, artinya si pemberi kepercayaan sudah menakar kemampuan pengemban amanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun