Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ayah, Irit Boleh Pelit Jangan!

13 Juni 2020   04:22 Diperbarui: 15 Juni 2020   02:21 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber | muslimobsesion.com

Suatu hari, istri pernah cerita perihal curhatan temannya (seorang ibu). Teman ini sedang kebingunan, mencari sekolah untuk anaknya yang mau masuk ke SMA. 

Karena si anak berasal dari Madarasah Tsanawiyah, maka sekolah yang diingini (ibu dan anaknya) adalah Madarasah Aliyah.

Yang menjadi sumber kebingungan, sebenarnya bukan masalah lokasi sekolah. Karena ada sekolah lanjutan atas (umum), terletak tidak jauh dari tempat tinggal (tidak sampai dua kilometer).

Pangkal kebingungan itu adalah sikap suami, yang penginnya mengirim anak ke sekolah tidak berbayar (alias gratis).

Madarasah Aliyah Negeri (yang diingini), memang tidak ada uang pangkal dan SPP. Tetapi ada (kalau tidak salah) uang komite dan uang kegiatan dibayar per tahun.

Sementara SMA dekat rumah, tetap membayar tapi tidak terlalu mahal (dibanding Aliyah). Masalahnya kualitas SMA kurang baik, dan sayang si anak (sekolah di sini) termasuk anak yang pintar.

Kebetulan saya juga mengenal teman dikisahkan ini, saya tahu bahwa sang suami adalah supervisior pemasaran sebuah perusahaan cukup ternama.

Untuk jabatan tersebut, si ayah ini mendapat fasilitas kendaraan roda empat, ada gaji tetap dan komisi apabila target penjualan terlampaui.

Tetapi uniknya, si ayah ini (dari beberapa kasus saya ketahui, menurut saya) sangat perhitungan soal uang. Oke, kalau perhitungan untuk hal tidak tertalu penting saya sepakat.

Tapi kalau menyangkut biaya pendidikan anak, dampaknya adalah ke masa depan si anak. Hal ini mempengaruhi legacy dirinya sendiri (sebagai orangtua), ini yang sangat saya sayangkan.

Atas masalah ini, si ibu yang ibu rumah tangga menjadi pusing dan kebingungan (sementara suami menyerahkan semua urusan ke istri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun