Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bekerja dan/atau Belajar dari Rumah Tak Semudah Dibayangkan

19 Maret 2020   19:57 Diperbarui: 19 Maret 2020   21:06 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ; idntimes.com

Sejak hari senin, ada yang berubah dengan rutinitas di rumah.

Biasanya, sebelum adzan subuh, wilayah dapur menjadi "kekuasaan" istri.  Ragil dibangunkan, beberapa menit setelah perintah sholat dua rakaat berkumandang. Kemudian gadis kecil dengan kantuknya, duduk di depan televisi.

Sambil nonton film kartun, sesuap dua suap nasi dikunyah bibir mungil itu. Dan tiba-tiba saja, jarum jam menunjuk tanda pukul enam pagi.

Ya, waktu begitu bergegass. Tiba saatnya si kecil mandi, kemudian berganti seragam sekolah. Tugas menyisir rambut menjadi bagian saya, kemudian memasang gasper dan kaos kaki.

Sementara ibunya menyiapkan bekal untuk makan siang,  ayah dan anak menunggu diteras sembari memanasi mesin motor.

Sebelum genap jam setengah tujuh, roda dua segera mengantar berangkat sekolah. Setelah jam itu, kerap terjadi kemacetan di jalan raya.

Rutinitas yang kami jalani, nyaris sembilan tahun. dimulai saat si kakak kelas satu. Ketika adiknya menyusul di sekolah yang sama, kakak duduk di kelas enam.

Kegiatan keseharian, kadang jemu dan membosankan saat dijalani. Tetapi setelah kakak SMP, kini tinggal adiknya diantar. Kami sadar, ternyata sudah bertahun-tahun kegiatan yang sama dijalani.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
-------

Dan  per awal pekan ini, semua kegiatan (sementara) tidak berjalan seperti lazimnya. Penyebaran Virus Corona yang masif, membuat kita semua meningkatkan kewaspadaan.

Tidak ada lagi, kesibukan khas di pagi buta. Tidak ada si kecil menahan kantuk, dan si ayah merayunya agar bergegas sarapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun