Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Malu Bertanya Harga Sebelum Membeli

24 Februari 2020   17:09 Diperbarui: 26 Februari 2020   00:03 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harga ditulis di bon hingga satu juta sekian, untuk menu makan siang yang terdiri dari beberapa olahan standart.

dokpri
dokpri
Otomatis pembeli tidak terima dan berdebat, meski ujungnya tetap dibayar karena makanan kadung masuk lambung dan diolah pencernaan.

Buntut dari kejadian ini, pemda menertibkan warung di sepanjang jalur menuju tempat wisata. Dan terjadi penyelarasan harga, agar pembeli dan penjual sama-sama tidak merugi.

Lagi-lagi saya membatin, bagaimana pembeli bisa memesan makanan, untuk menu yang tidak diketahui harga satuannya. Kalaupun di daftar menu tidak dicantumkan harga, kenapa masih nekad memesan.

Oke, penjual merasa tidak bersalah (padahal nembak harga), tetapi pembeli mustinya pintar. Ya, di sinilah (belum clear sudah pesan) letak kesalahan itu bermula.

Jangan Malu Bertanya Harga Sebelum Transaksi

Malam sangat larut, sepulang dari Bandung saya naik ojek online dari Stasiun Gambir ke Stasiun Tanah Abang. Ojol dengan harga tercantum diapikasi, sehingga saya tidak perlu menawar.

Dari Stasiun Tanah Abang, saya nnaik commuter line jurusan Serpong, dan berhenti di Stasiun Pondok Ranji (stasiun terdekat dengan rumah).

Hujan deras mengguyur sepanjang perjalanan, berharap sampai tempat tujuan reda, tetapi nyatanya harapan tinggal harapan. Saya naik kereta terakhir, sampai di Pondok Ranji sekira jam setengah duabelas malam.

dokpri
dokpri
Tak jauh dari pintu keluar (setelah tap kartu), beberapa opang mengacung-acungkan jas hujan kepada kami. Saya melihat, seorang ibu menyambut dan jas hujan langsung dipakaikan (entahlah sudah ada kesepakatan dulu atau belum).

Melihat saya keluar, satu bapak opang yang lainnya bergegas menyodorkan jas hujan tanpa mengucapkan kalimat apapun.

Saya tidak mau ambil resiko, "Ke dekat kantor kelurahan berapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun