Maka pada sesi presentasi, saya sangat antusiast menyimak (perwakilan) wisudawan menjelaskan aplikasi yang telah diciptakan.
Diantaranya ada aplikasi Qiroah, Teman Netra, Leastric, Hearo dan Canting. Menyimak satu persatu pemaparan, menyadarkan saya bahwa Indonesia benar memiliki SDM kompeten di bidang digital dan teknologi.
Dan sekolah informal Apple Developer Academy di BSD City, tak ubahnya seperti laboratorium mewadahi talenta luar biasa. Sangat mungkin di kemudian hari, akan lahir aplikasi standard global buah karya anak bangsa.
Aplikasi Qiroah,Â
Indonesia, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Mengaji adalah kegiatan paling jamak, dilakukan masyarakat sedari kecil. Saya sendiri belajar juzz ama, ketika duduk di bangku taman kanak (umur 6 th-nan). Sekarang marak Taman Pendidikan Quran (TPQ), untuk anak usai Playgroup.
Peminat membaca Al Qur'an terus ada, jadi musti diperhatikan cara membacanya. Membaca Al Qur'an, tidak boleh sembarang membaca. Â Musti jelas tartilnya, karena beda pengucapan huruf artinya akan jauh berbeda.
Aplikasi Qiroah hadir, untuk mendukung metode belajar membaca Al-Quran secara tatap muka (talaqqi). Sembari menyimak presentasi, benak saya seperti diajak mengingat, bagaimana saya dulu terata-bata belajar tajwid di hadapan ustazah.
Melalui "Qiroah", pengguna aplikasi ini dilatih untuk melafalkan setiap ayat Al Qur'an dengan benar sesuai dengan harakatnya.
Terdapat teknologi Machine Learning, yang sangat membantu dengan memberi reaksi atau tanggapan. Ketika pengguna ingin melafalkan pada bagian tertentu, aplikasi memperdengarkan frasa dan pengucapan ayat-ayat Al-Quran.
Uniknya, apabila kita salah dalam pengucapan, maka akan ada reaksi khas bahwa bacaan kita salah (ditandai sengan suara melalui speaker). Pun apila pengucapan benar, aplikasi akan memberi tanggapan benar.