Menikah, adalah salah satu tahapan dalam kehidupan. Secara culture, disepakati dimulai ketika orang menyandang predikat dewasa ( biasanya di rentang duapuluh tigapuluh tahunan) Menikah diselenggarakan kehidupan, (saya meyakini) tentu demi kebaikan manusia itu sendiri.
Menikah memang tidak mudah, butuh perjuangan dan kerja keras tak berbatas. Tetapi pada ujung perjalanan, akan didapati aneka nilai yang tak terperi. Sebegitu utamanya menikah, sampai Baginda Nabi mencontohkan dengan begitu sempurna, untuk diikuti umatnya.
Bahwa Rasulullah bersabda "Apabila seorang hamba menikah, maka sungguh orang itu telah telah meyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah setengah lainnya". (Hadis ini dishahihkan lagi oleh Al Bani dalam Shahihut wat Tarhib)
Menikah, membolehkan apa yang sebelumnya dilarang. Larangan berdua pria dan wanita dewasa seketika gugur, setelah keduanya melaksanakan ijab kabul di depan penghulu. Berhubungan badan termasuk kategori zina, berubah menjadi halal dan syah ketika laki-laki dan perempuan terikat dalam tali pernikahan.
Atas dihapusnya batasan-batasan itu, justru membuka pintu yang mengantarkan keberkahan bagi suami-istri. Menghadirkan pengetahuan dan pengalaman baru, yang niscaya akan mendewasakan keduanya.
Suami dan istri diproses sedemikian rupa oleh kehidupan, pada suatu hari akan menemui dirinya dengan kondisi baru. Terjadi perubahan dalam mindset, tentang paradigma bahagia dan pandangan tentang kehidupan.
------
Tetapi dengan menikah, setiap episode hidup akan dihadapi berdua. Dan sudah semestinya, suami istri (mau tidak mau) dituntut bekerja sama,. Bayangkan indahnya, ketika suami terpuruk istri hadir menentramkan dan memberikan support semampunya. Istri bersedia menjadi tameng terdepan, meraup kesedihan suami sekaligus menjadi pelipur lara.
Pun pada saat istri gundah, suami menenangkan menanamkan keyakinan. Suami sebagai kepala keluarga, dengan sepenuh kesadaran pasang badan atas semua nafkah penghidupan.