Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menikah Itu Menambah Masalah?

15 Desember 2019   09:08 Diperbarui: 18 Desember 2019   16:02 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikah, adalah salah satu tahapan dalam kehidupan. Secara culture, disepakati dimulai ketika orang menyandang predikat dewasa ( biasanya di rentang duapuluh tigapuluh tahunan) Menikah diselenggarakan kehidupan, (saya meyakini) tentu demi kebaikan manusia itu sendiri.

Menikah memang tidak mudah, butuh perjuangan dan kerja keras tak berbatas. Tetapi pada ujung perjalanan, akan didapati aneka nilai yang tak terperi. Sebegitu utamanya menikah, sampai Baginda Nabi mencontohkan dengan begitu sempurna, untuk diikuti umatnya.

dokpri
dokpri

Bahwa Rasulullah bersabda "Apabila seorang hamba menikah, maka sungguh orang itu telah telah meyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah setengah lainnya". (Hadis ini dishahihkan lagi oleh Al Bani dalam Shahihut wat Tarhib)

Menikah, membolehkan apa yang sebelumnya dilarang. Larangan berdua pria dan wanita dewasa seketika gugur, setelah keduanya melaksanakan ijab kabul di depan penghulu. Berhubungan badan termasuk kategori zina, berubah menjadi halal dan syah ketika laki-laki dan perempuan terikat dalam tali pernikahan.

Atas dihapusnya batasan-batasan itu, justru membuka pintu yang mengantarkan keberkahan bagi suami-istri. Menghadirkan pengetahuan dan pengalaman baru, yang niscaya akan mendewasakan keduanya.

Suami dan istri diproses sedemikian rupa oleh kehidupan, pada suatu hari akan menemui dirinya dengan kondisi baru. Terjadi perubahan dalam mindset, tentang paradigma bahagia dan pandangan tentang kehidupan.

------

dokpri
dokpri
Bahwa dalam pernikahan, melewati jalan menanjak dan menurun. Akan melalui tangis dan tawa, susah dan senang, dan segala hal lazimnya kehidupan keseharian. Semua itu sangat wajar, karena memutuskan tidak menikahpun, juga tak lepas dari dinamika hidup.

Tetapi dengan menikah, setiap episode hidup akan dihadapi berdua. Dan sudah semestinya, suami istri (mau tidak mau) dituntut bekerja sama,. Bayangkan indahnya, ketika suami terpuruk istri hadir menentramkan dan memberikan support semampunya. Istri bersedia menjadi tameng terdepan, meraup kesedihan suami sekaligus menjadi pelipur lara.

Pun pada saat istri gundah, suami menenangkan menanamkan keyakinan. Suami sebagai kepala keluarga, dengan sepenuh kesadaran pasang badan atas semua nafkah penghidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun