Dan kelebihan uang disimpan lagi di celengan baru, rupanya lelaki cungkring tak mau berhenti menabung lagi dan lagi. Di kemudian hari, dia cerita tabungannya untuk membeli (seingat saya) baju batik buat lebaran.
Eit's, ada juga sih sebagian buat sekedar jajan baso atau es campur. Saya sempat ditraktir, sepulang diajak membeli buku tulis.
Pepatah terkenal "Hemat Pangkal Kaya", yang kerap disampaikan bu guru diresapi dan dipraktekkan. Setidaknya, kawan ini bisa membeli barang, tanpa merepotkan ibu.
Sependek pengetahuan saya, teman saya termasuk kategori hemat . Karena dengan tekun dikumpulkan uang, kemudian dibelikan barang sesuai kebutuhan (bukan dihamburkan ya).
Lalu Bagaimana dengan Istilah pelit ? menurut Financial Planner Ahmad Gozali, analogi pelit itu simpel, sudah punya uangnya tapi enggan membeli barang dibutuhkan. Dengan uang dimiliki (meski banyak), tak juga dikeluarkan untuk membeli barang.Â
Jadi uangnya disimpan saja, dan tidak tahu akan digunakan untuk apa (dia dan Tuhan yang tahu). Atau kalau saya simpulkan, berarti pelit pada dirinya sendiri.
Tetapi, saya tidak punya hak menilai salah atau benar, tentang pilihan orang akan sikapnya. Hanya saya meyakini, bahwa setiap sebab pasti ada akibat. Dan setiap perbuatan (pelit) yang saat ini diterapkan, kelak (cepat atau lambat) akan menuai akibatnya. Misalnya, si kikir dijauhi teman atau pas kesulitan tidak ada yang mau membantu.
-----
Kompaisaner's, silakan menyimpulkan sendiri, di bagian mana posisi suami (karena obyeknya suami). Â Entah di bagian hemat atau pelit, sebaiknya dijadikan bahan introspeksi bersama.
Karena setiap orang ada masanya, selalu sertakan dalam doa. Kalau mungkin sikapnya belum tepat, semoga menemukan pencerahan dan titik balik dalam hidupnya.