Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Setiap Ayah Bisa Menghebatkan Dirinya

27 Agustus 2019   11:13 Diperbarui: 12 November 2019   13:21 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dailytimes.com

Sore di perjalanan bus Transjakarta, wajah-wajah lelah memenuhi ruang kendaraan publik. Masing-masing membawa pulang, segala peluh, kesah, keringat, dan pengorbanan demi orang-orang yang dicintai.

Mereka yang beruntung mendapat kursi di transportasi massal, bisa melepas lelah sambil tidur dan duduk senderan. Sementara yang berdiri berdesakan (termasuk saya), terpaksa menahan kantuk dan lelah sambil mencengkram pegangan tangan yang menggantung di atas kepala penumpang.

Untuk mengusir suntuk, sembari berdiri saya scrolling timeline medsos, menelusuri postingan teman-teman dunia maya. Dan sore itu ada satu kisah sedang viral-viralnya, dan kali ini sungguh sangat mengusik jiwa keayahan saya. 

Terkisah seorang ayah, hatinya remuk berkeping-keping, mendapati Husen (9 tahun) meninggal karena tenggelam saat mandi di kali Cisadane Tangerang. Hal ini diketahui, setelah mendapat kabar dari puskesmas setempat untuk mengambil jenasah si anak.

Jasad buah hati yang terbujur kaku ditutupi kain batik, dibopong si ayah hendak dibawa pulang, atas alasan SOP tidak bisa meminjam ambulance puskesmas (alasannya bahwa ambulance harus steril).

Hati saya seketika teriris-iris dua bola mata basah, melihat video tersebar, pria 40 tahun tampak tegar berjalan menyusuri trotoar hendak naik JPO (Jembatan Penyebrangan Orang). -- Ya Rab, saya benar-benar sedih sekali :(

dimensinews.com
dimensinews.com
Melihat video aksi mengharukan ini, saya malu dengan diri sendiri, ternyata saya belum sekokoh dan seikhlas ayah Husen. Dalam keadaan hati tercabik-cabik, tidak serta merta membuatnya terpuruk dan jatuh. 

Entahlah mungkin ini asumsi saya saja, tetapi melihatnya berjalan tegap dengan jasad di kedua tangannya, seperti mewakili keteguhan pendirian. Bahwa boleh dia tak berpunya harta, tetapi tidak boleh dia tak berpunya harga diri.

Setelah kabar tersebar, diketahui Husen tinggal di Tangerang bersama nenek dan pamannya, jadi yang membopong jenazah anak malang adalah sang paman. Sementara ibunya tinggal di Serang mengikuti suami, setelah berpisah dengan ayah Husen tahun 2010.

merdeka.com
merdeka.com
Oke, kita abaikan dulu, yang ramai dibahas netijen tentang sikap dinas kesehatan yang terkesan tidak memberi solusi. Pihak terkait sudah meminta maaf, dan sebenarnya ada layanan mobil jenazah gratis bisa ditelepon melalui nomor tertentu.

Kemudian satu hal juga disingkirkan, membahas kehidupan orangtua Husen yang berpisah, di satu portal si ibu enggan menyinggung keberadaan mantan suami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun