Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilih Istri Pekerja atau Ibu Rumah Tangga?

22 Agustus 2019   06:59 Diperbarui: 22 Agustus 2019   07:01 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika akhir pekan istri terpaksa lembur, maka suami merelakan diri mengasuh anak anak di rumah. Pada hari kerja istri pulang larut, dengan ringan hati suami menjemput tanpa ngedumel atau cemberut.

Pun Istri yang menjadi ibu rumah tangga, kerepotan mengurus anak-anak dan rumah akan dilalui dengan hati lapang. Suami yang bekerja keras tanpa mengeluh, meyakinkan diri sanggup memikul tanggung jawab keuangan keluarga.

Saya yakin tidak ada pilihan yang ideal, bisa jadi apa yang tengah dihadapi ternyata jauh dari rencana telah ditetapkan. Namun tidak ada pilihan lain, kecuali menghadapi dan menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya.

rumahoscarliving.com
rumahoscarliving.com
-0o0-

Pengalaman saya, sebelum menikah (kala itu masih calon) istri sedang giat-giatnya memasukkan lamaran pekerjaan ke sana kemari. Beberapa test dijalani, saya pernah mengantarkan ujian tulis di sebuah kantor pemerintahan.Sampai hari pernikahan tiba, belum ada satupun surat lamaran pekerjaan mendapat balasan.  Bulan kedua pernikahan istri dinyatakan hamil, maka tidak terlalu rajin 'berburu' pekerjaan.

Pada usia kehamilan sembilan bulan lebih beberapa hari melahirkan, istri focus mengurus anak dan rumah tangga, sembari mengesampingkan ego menjadi istri pekerja. 

Saya pun akhirnya dipaksa keadaan, belajar mengesampingkan ego, kemudian mendukung keputusan istri menjadi IRT. Hikmah saya petik, bahwa tidak semua keinginan hadir di depan mata, namun saya yakin yang dipilihkan kehidupan akan mendewasakan.

Dalam hitungan bulan, lima belas tahun usia pernikahan akan kami jalani,  dan ternyata yang sempat kami khawatiran tidak terjadi---semoga seterusnya, Amin. 

Masalah keuangan keluarga bisa dihadapi berdua, meskipun tidak berlebihan tapi bisa mencukupi. Kami suami istri membahu, menjauhkan diri pada keputusan yang sekiranya memberatkan, tidak memaksakan diri membeli suatu barang yang harus berhutang. 

Baca ; Membeli Rumah adalah Prioritas yang Telah Tercapai

Dari waktu ke waktu kami berhemat, mengelola keuangan dengan sebaiknya, sedih dan kesulitan tidak diadukan kepada orang tua atau sanak saudara. Saya yakin, hal sama tetapi beda keadaan niscaya dialami pasangan suami istri yang sama sama bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun