Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Malu Minta Tolong Dicomblangi

18 Juli 2019   04:18 Diperbarui: 18 Juli 2019   04:21 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Al- Ghazali dalam Ihya Ulumiddin mengatakan ; Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa salam bersabda ; "Siapa yang menikah, berarti dia telah melindungi setengah agamanya. Karena itu bertakwalah kepada Allah pada setengah agamanya yang kedua". Ini merupakan isyarat tentang keutamaan nikah, yaitu dalam rangka melindungi diri dari penyimpangan, agar terhindar dari kerusakan. Karena yang merusak agama manusia umumnya adalah kemaluannya dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satu telah terpenuhi. (Ihya Ulumudian, 2/22)

Menemukan belahan jiwa, memang butuh perjuangan dan musti berani menempuh jalan terjal penuh tantangan. Beberapa orang, rela berada dalam penantian panjang, demi bersua yang dicinta. Ada yang gentar menghadapi penolakan demi penolakan, langkah telah diayunkan tak juga surut ke belakang.

Tapi bukankah, sesuatu yang didapat dengan penuh perjuangan, kalau sudah berhasil akan sulit dipisahkan.  Upaya keras dan berlelah-lelah, sejatinya bisa dijadikan bukti seberapa sungguh-sungguh seseorang ingin menggapai diharapkan.

Ketika orang yang telah berupaya keras, kemudian mendapatkan apa yang selama ini dicari, niscaya akan disayang dan dirawat sepenuh hati. Maka jangan mudah menyerah, karena setiap usaha (cepat atau lambat) akan menemui hasilnya. Dan kualitas dari hasil yang didapat, biasanya berbanding lurus dengan usaha yang telah dikerahkan.

Tiba-tiba saya jadi ingat teman lama, yang setiap sabtu siang rela menempuh perjalanan Malang Surabaya, demi bertemu pujaan hati. Kemudian numpang nginep di kost-an, dan minggu siang kembali menempuh Surabaya Malang.

Ada satu lagi kenalan di Surabaya, semasa SMA pacaran dengan teman satu angkatan. Setelah lulus sekolah menegah atas, keduanya menyatakan berpisah dan menuntut ilmu di kota berbeda. Setelah lulus masing-masing bekerja di kota berbeda, ketemu pada hari lebaran saat pulang kampung.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Ending dari dua cerita ini tidak disangka, teman yang seminggu sekali rela menempuh Malang -- Surabaya -- Malang ternyata tidak berjodoh. Sementara yang sudah putus sejak lulus SMA dan pisah kota, keduanya justru dipertemukan lagi (padahal masing-masing sudah mencoba mendapatkan pengganti) dan menikah.

Datangnya jodoh memang misterius sekaligus ajaib, tinggal kitanya saja, bagaimana mengelola semangat agar tidak mudah putus asa. Cara untuk mendapatkan tambatan hati, jalannya juga beraneka macam, ada yang dimudahkan ada juga yang diuji dengan kesabaran.

Ada jodoh yang datangnya dengan tidak sengaja bertemu, ada yang jodohnya teman yang semasa kecilnya termyata kerap musuhan, ada yang saudara dari keluarga jauh, ada yang sengaja dijodohkan ayah atau ibunya, ada yang beda status sosial (sinetron banget kan), ada yang beda suku dan agama, ada yang teman lama dan dulunya biasa-biasa saja, ada yang adik dari teman akrab dan seterusnya dan seterusnya.

Bagi yang sedang berusaha mendapatkan belahan jiwa, jangan ragu menempuh semua jalan baik. Semua upaya bisa dijadikan cara, untuk menunjukkan kepada kehidupan atas kesungguhan kita sebagai manusia. Mengacu sabda Baginda Nabi, bahwa menikah akan menggenapkan agama, maka menempuh jalan baik untuk mendapatkan pujaan hati, (meurut saya nih) bisa saja dikategorikan sebagai ibadah---wallahu'alam.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

Jangan Malu, Minta Tolong Dicomblangi

"Gue apa sudah gak sebegitu lakunya, sampai minta dicomblangi" ujar seorang teman.

Diantara banyak jalan menemukan pujaan hati, ada lho cara unik yaitu dengan minta tolong teman untuk dicomblangi (Mak comblang adalah orang yang menjadi perantara peretmuan seorang laki-laki dan perempuan). Kalau di dunia pesantren, yang dijadikan perantara biasanya ustad atau kiai atau orang yang dihormati.

Tidak bisa dipungkiri sebagian kita, masih malu-malu minta tolong dicomblangi dengan berbagai alasan. Merasa dirinya masih bisa mencari sendiri, atau merasa gengsinya turun kalau dicarikan orang lain. 

Padahal, dicomblangi hanya sekedar alternatif mencari kenalan, tahapannya juga masih sangat awal, kalau cocok bisa dilanjut kalau tidak ya selesai di pertemuan awal.

Agar yang dikenalkan tidak terlalu jomplang dengan ekspektasi, sebaiknya mencari comblang, dari orang yang sudah kita kenal dengan baik. Sebagai perantara, sebaiknya si perantara sudah paham karakter kita dan bisa mengira-ngira cocoknya seperti apa.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Dulu saat mendekati usia tiga dasawarsa, saya juga menempuh cara dicomblangi oleh beberapa teman.  Meski sebelumnya sempat malu dan ragu, tetapi demi meluluskan niat baik (untuk beribadah) saya singkirkan perasaan malu.

Beberapa teman sekaligus saya minta tolong jadi comblang, ada yang teman sekantor, ada  teman kost, ada teman di pengajian, bahkan ibu kost, semua saya minta pesan kalau ada yang sedang mencari kenalan. Dari obrolan awal ada yang mendapat respon, minta foto untuk sekedar melihat tampilan.

Enaknya orang yang dicomblangi, masing-masing yang ketemu sudah paham tujuan bertatap muka, yaitu menjajaki kemungkinan apabila cocok satu sama lain. Kalaupun ternyata selesai di pertemuan awal, tidak merasa saling bersalah atau hal tidak baik, karena memang belum ada obrolan serius.

Pengalaman saya, dicomblangi memang bukan jaminan untuk langsung jadian, orang yang dicomblangi musti membuat janji ketemuan dan tetap saja butuh proses. Tetapi enaknya dicomblangi, dua orang  yang membuat janji bertemu sudah punya tujuan yang sama (yaitu mencari pasangan).

Pernikahan pasangan hasil dicomblangi, sama seperti pernikahan orang yang berproses dengan cara lain. Uniknya, kami merasa berhutang budi dengan si perantara. Kalau si perantara sudah menikah, biasanya akan dianggap seperti keluarga, diprioritaskan untuk berbagai hal diingat kebaikan itu sampai kapanpun.

Sepekan setelah menikah, saya dulu berkunjung ke beberapa teman dianggap berjasa. Menyampaikan ucapan terimakasih, sembari membawa bingkisan kenang-kenangan.  Bagi Kompasianer yang pengin coba, tidak ada salahnya minta tolong teman untuk dicomblangi, siapa tahu membantu mempermudah jalan bersua tambatan hati.

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun