Hingga suatu hari, pada dini hari mendapati dialog seorang anak perempuan dengan ibunya. Mendengar dialog tersebut, Umar bin Khatab menangis, merasakan betapa mulia hati anak perempuan itu, kemudian pulang ke rumah dan menyuruh anak lelakinya Asim menikahi gadis berhati mulia ini.
"Semoga lahir dari keturunan gadis ini, bakal pemimpin islam yang hebat, kelak memimpin orang Arab dan Ajam."
Asim anak lelaki yang taat kepada sang ayah, bersedia menikahi gadis miskin, kemudian melahirkan anak perempuan bernama Laila lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa, ummu Azim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, dari rahimnya lahirlah laki-laki yang kelak menjadi pemimpin hebat.
Adalah Umar bin Abdul Azis, sepanjang hidupnya sebagai pemimpin diliputi kesederhanaan dan sebagai seorang ayah keteladanannya menjadi panutan generasi sampai akhir jaman.
Terkisah seorang ayah, pada suatu malam sedang sibuk bekerja di salah satu ruang kerja di bagian rumahnya, dan didatangi anaknya yang sudah dewasa.
"Wahai anakku, ada gerangan apakah kiranya engkau masuk ke ruangan kerja ayah?" tanya sang ayah dengan penuh perhatian.
"Ananda mohon perkenan waktu Ayah, ada urusan yang hendak aku sampaikan." Jawab sang anak penuh hormat
"Urusan apakah wahai anakku?" tanya sang ayah kembali
"Ada urusan keluarga, ananda membutuhkan pertimbangan dan sumbang saran dari ayah" balas sang anak
Sebatang lampu kecil yang menyala, satu satunya penerangan di kamar itu dipadamkan, dengan satu kali tiupan sang ayah yang ternyata seorang pemimpin besar, seketika ruangan menjadi gulita.