Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Maaf Ibu, Bukannya Aku Tidak Mau Mudik!

23 Mei 2019   14:10 Diperbarui: 23 Mei 2019   14:44 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya bukan masalah tidak punya uang untuk membeli tiket, Hanafi adalah marketing dengan kinerja yang bisa diandalkan. Sebagai pekerja keras dan ulet, target penjualan tahunan yang ditetapkan perusahaan kerap dicapai. Beberapa kali dikirim tugas ke luar kota, disediakan fasilitas transportasi pesawat, hotel bintang tiga serta uang saku dihitung harian.

Pernah, Hanafi pagi sebelum adzan subuh, berangkat ke satu kota dan dan pulang malam hari dengan penerbangan terakhir. Hal tersebut, dijalani selama dua minggu berturut-turut.

Alhasil, bonus penjualan diraih cukup besar, tabungan dan deposito semakin berisi. Apalagi sebagai bujangan, Hanafi tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Tidak hoby nongkrong di cafe, apalagi bergaya hidup hedon---jauh dari kebiasaan Hanafi.

Sebagai anak yang patuh dan sayang orang tua, Hanafi tidak lupa mengirim uang bulanan untuk orangtua. Kalau rejeki sedang berlebih (mendapat binus), tak segan mengirim tambahan, bisa berupa barang keperluan orangtua di kampung.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Semingu berlalu,

"Hallo, Jadi mudik, to Han?" suara ibu nyelonong tanpa salam, setelah Hanafi mengangkat Telepon.

 "Saya belum bisa jawab" balasnya singkat. -KLIK---sambungan telepon ditutup, .

Rasa galau itu datang, beriringan dengan datangnya bulan Ramadan, empat minggu berpuasa rasanya berlalu begitu cepatnya, bagi orang yang tidak pengin mudik. Ketika teman sekantor cerita, keseruan hunting tiket kereta dan pesawat untuk mudik, Hanafi bergeming dalam bisu. Rencana pulang atau tetap di tanah rantau, seperti dua keputusan yang terjadi tarik ulur.

Lantas alasan apa, yang membuat Hanafi berat hati untuk mudik?

Ada beban perasaan ditanggung, jika bertemu dengan sanak kerabat, handai taulan, tetangga dan teman-teman semasa kecil di kampung. Apalagi sebulan setelah lebaran, usianya genap tigapuluh tahun, ternyata usia yang menua tidak berbanding lurus dengan nyalinya yang ciut.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Beruntung ada ayah Hanafi, menjadi orang yang paling mengerti perasaan anak lanang paling kecil di rumah sederhana ini. Sikap lelaki usia nyaris tujuhpuluh ini, paling netral dan tak pernah memojokkan Hanafi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun