Saya merasa beruntung, bergabung dalam komunitas fruitaholic (pecinta dan pengonsumsi buah), nyaris setiap hari saya mengonsumsi buah. Sekarang, Saya tahan tidak makan nasi atau gorengan seharian, dibandingkan tidak makan buah dan atau sayur sama sekali pada hari yang sama.
Sebenarnya sih, tidak melulu konsumsi buah dan sayuran saja sih, saya juga penikmat ubi atau singkong (direbus), untuk mendapatkan karbohidrat kompleks. Saya juga suka kacang-kacangan disangrai, atau daging ayam atau ikan laut dibakar atau somay, dimsum, bakpau yang dikukus atau telur rebus untuk kebutuhan protein.
Perubahan pola makan saya terapkan, sebenarnya tidak terjadi dengan tiba-tiba saha, --pernah saya buat artikel khusus di Kompasiana---, dulu saya pernah sakit sampai badan susah digerakkan, hasil pemeriksaan dokter saya terindikasi dan mengarah pada pelemakan hati. Dari situlah titik balik terjadi, semangat dan tekad untuk berubah begitu kuat, dokter menyarankan saya merubah pola makan dan memilih jenis asupan kaya serat.Â
Sekira dua tahun berlangsung, badan yang semula obesitas secara perlahan tapi pasti turun. Butuh waktu tidak sebentar memang, konon menurut saran dokter, sebaiknya penurunan berat badan jangan terlalu drastis -- akan menganggu sistem metabolisme tubuh. Dalam satu tahun pertama penurunan berat badan baru terasa, pada hari-hari selanjutnya diet sudah menjadi gaya hidup.
Ketika datang ke sebuah acara dan disajikan prasmanan, otak ini menyaring jenis makanan yang diambil dan yang mana dilewati. Ketika jam makan tiba, kebanyakan orang antre mengambil makanan utama, saya mlipir ke meja tempat buah-buahan (biasanya sepi).
Eit's tunggu dulu, mempertahankan yang sudah didapat memang tidak mudah, termasuk mempertahankan berat badan ideal dimiliki. Meskipun tidak sampai seperti dulu ( sebelum diet, berat saya pernah nyaris satu kwintal), Â bobot saya naik turun seperti yoyo di kisaran 80-an atau lebih sedikit (dan target saya 70-75, dengan tinggi saya 177 cm)
---------
Hiruk pikuk pesta demokrasi (pemilu) baru saja berlalu, gaungnya masih saja terasa sampai sekarang, pendukung dari dua kubu masih saling serang (Wooiw STOP yuk, sudah Ramadhan nih) Yang cukup menjadi sorotan media, adalah perihal beratnya tanggung jawab petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) menunaikan tugasnya.
Secara pribadi, saya merasakan langsung, bagaimana kelelahan fisik mendera pertugas KPPS, sepanjang pagi ketemu pagi lagi. Di TPS 73 terdapat delapan petugas KPPS, ada yang tampak kelelahan dan daya tahan tubuh menurun, hal ini terlihat dari gelagat flu yang datang. Maka kalau ada berita, dii berbagai TPS Â ada petugas yang sakit bahkan meninggal, saya bisa memaklumi, karena memang menguras tenaga dan pikiran.