Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manfaatkan Saat Romantis Ini untuk Membangun Kedekatan dengan Anak

3 April 2019   06:29 Diperbarui: 3 April 2019   06:34 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawabannya adalah dekat dengan anak. Apabila saya ditanya, alasan apa saja yang membuat hati ini bahagia. 

Bagi saya, kedekatan antara anak dengan orangtua sangat penting, hal ini mampu membuang sekat antara dua pribadi beda generasi.

Angkatan 80 -- 90-an yang sudah menjadi ayah, saya yakin bisa membedakan, bagaimana beda pola interaksi antara anak dengan orangtua masa kini dan dulu. Semasa masih kanak, bagi saya (terutama) ayah seperti susah dijangkau, beliau cenderung pendiam dan berucap seperlunya saja.

Sedikit saja suara ayah meninggi, seperti malapetaka untuk saya, keringat dingin menyembul dari pori, saya dipaksa pasang badan siap dimarahi. Utungnya ayah saya yang tak banyak bicara, memiliki pembawaan cenderung kalem dan tidak mudah mengumbar kemarahan. 

Sewaktu berseragam merah hati, (seingat saya) hanya sekali ayah marah besar, itupun karena ulah saya sudah yang keterlaluan. Waktu itu ibu sedang sibuk melayani pembeli di warung, saya datang menangis minta dibelikan mainan dan harus ibu yang membelikan.

(Ssaya baru sadar sekarang) Pasti ibu merasa malu dan kesal saat itu, bayangkan, di hadapan pembeli yang antre saya nangis kejer minta dituruti kemauan.

"Pokoknya ibuk yang beliin" saya meronta

Setelah warung sepi, ternyata penjual mainan sudah pergi, sontak tangis saya bertambah kecang. Di perjalanan pulang, saya masih saja betah menangis, sementara muka ibu merah padam, Sampai di rumah, kejadian di warung dan sepanjang perjalan diceritakan ulang, ayah yang irit bicara itu sontak berubah seratus delapan puluh derajat.

Duh, kalau mengingat kejadian ini, saya benar-benar ingin membayar semuanya dengan bakti, untuk besarnya pengorbanan orangtua kepada saya anaknya. Menjadi orangtua, bukan perkara yang mudah, selain menuntaskan tantangan menghidupi keluarga musti berhati jembar menuntun anak-anaknya.

Dalam sujud dan munajat panjang, saya haturkan doa untuk almarhum ayahanda, smoga dilapangkan kubur dan diterangkan jalannya. Untuk ibunda yang sudah sepuh, semoga senantiasa dianugerahi kesehatan dan panjang usia, sehingga saya berkesempatan berbakti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun