Karakter abah begitu memesona saya, sepanjang cerita banyak hal mengesankan, bisa diserap untuk dipraktekkan di rumah. Abah dengan segala keterbatasan, tetapi tidak meninggalkan peran dan fungsi sebagai orang paling bertanggung jawab.
Berupaya mengakomodir keinginan anggota keluarga, merelakan diri untuk disalah-salahkan atas musibah yang menimpanya.
Biar nggak spoiller, kompasianer bisa mendapati kisah selanjutnya, dengan menonton filmya sendiri ya.
--0oo0---
Siapapun orangnya, pasti tidak mau berada dalam kondisi terpuruk. Kondisi yang tidak mengenakkan, apalagi mengalami perubahan drastis yang mendadak. Namun siapa sangka, sesunggunya keterpurukan, bisa menjadi ajang mengasah ketangguhan dan jiwa bijaksana.
Ujian menjadi cara membuktikan, bahwa diri ini menjadi pribadi tidak mudah putus asa, tetap menjalani keseharian sambil berusaha bangkit.
Abah dan emak ( di Keluarga Cemara), contoh dua sosok bijak menghadapi masalah menimpa keluarganya, Â meski kesal dengan saudaranya tapi punya keyakinan akan melahirkan kekuatan.
Banyak adegan begitu menyentuh, satu diantaranya, ketika abah merasa menjadi orang yang paling bersalah penyebab kesengsaraan dialami.
Sontak emak membantah pikiran tersebut, meyakinkan bahwa tidak ada seorangpun di rumah menyalahkan abah, dan emak tidak pernah menyesal bersama abah.
Euis anak memasuki masa puber, perlu mendapat perhatian khusus, terutama pada perubahan lingkungan baru dengan kondisi jauh dari sebelumnya.
Peerimaan Euis dengan keadaan, terasa tidak terjadi tiba-tiba, alur dijalani cukup smoth, alami dan tidak dipaksakan.