Bahagia itu unik, siapapun tanpa pandang bulu bisa menggapainya. Bahagia itu istimewa, tidak terlalu kaku dan terpaku pada satu keadaan tertentu.
Kebahagiaan itu sederhana, bisa datang tanpa melihat kasta. Kebahagiaan itu nyata, tak segan bersemayam di hati siapa saja.
Kebahagiaan suami semestinya tumbuh, ketika mendapati istri nyaman dengan kerelaan melewati segala cuaca kehidupan bersama. Kebahagiaan seorang ayah seharusnya tiba, melihat keceriaan ada di wajah anak-anak, melalui kebersamaan yang dicipta.
Kebahagiaan tidak selalu identik dan tidak berbanding lurus, dengan kepemilikan bendawi atau pencapaian prestasi.Â
Pada saat sedang tidak berpunya sekalipun, bukan alasan sebuah kebahagiaan menjauh dan enggan datang mendekat.
-00o00- Â
Dua minggu jelang pergantian tahun 2018, saya dan keluarga kecil pulang kampung, bulek (adik dari garis ibu) punya hajatan menikahkan ragilnya (berarti sepupu saya).
Perjalanan kami rencanakan jauh hari, karena harus berhitung biaya tiket dan segala keperluan, mengingat banyak kebutuhan lain minta diutamakan.
Sebenarnya, bisa saja saya pulang sendiri (tanpa anak istri), tapi dengan beberapa pertimbangan ahirnya kami pulang berempat.Â
Kebetulan anak mbarep libur dari pondok, pasti butuh refreshing sekaligus penghiburan agar tidak jenuh liburan di rumah saja.
Dalam rangka berhemat, saya berburu ticket kereta, sejak sembilan puluh hari (dihitung mundur) sebelum hari keberangkatan tiba.