Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuatkan Anak Jangan Ikut Campur Masalahnya

15 Februari 2019   07:07 Diperbarui: 15 Februari 2019   07:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan lalu, anak lanang (yang mondok) ijin pulang ke rumah. Karena sedang kurang enak badan, tidak bisa konsentrasi belajar. Si ibu membawa periksa ke klinik langganan, kebetulan dokternya lumayan kenal, kepada kami terbilang 'over' menasehati ini dan itu.

Karena sudah hafal kebiasaan, 'cerewetnya' pak dokter tidak pernah dimasukkan hati, toh selama ini diagnosanya terbukti manjur. Si kakak ada masalah asam lambung, dulu ibunya pernah terkena dan saya bisa menebak penyebab serta obat ditebus di apotek.

Selama anak di rumah, (namanya juga orangtua) perhatian kami tercurahkan, memasakan makanan kesukaan dan tentu saja banyak ngobrol. Berdasarkan pengalaman (pernah dialami ibunya), asam lambung disebabkan oleh makan (biasanya terlalu pedas) atau bisa karena stres.

Kalau makanan, kami yakin bukan itu penyebabnya, terhitung jalan delapan bulan si kakak mondok dan tidak ada masalah dari awal dengan asupan.

Si ayah berasumsi, ada masalah dengan teman santri. Hal ini ditangkap, setelah mengajak ngobrol panjang.

"Oke, ternyata ini" Saya manggut-manggut.

Anak dan Garis Hidup Dihadapi

Sedekat apapun dengan orangtuanya, anak tetaplah individu yang berkembang, secara alami pada saatnya akan menjauh mencari kehidupan sendiri. Cepat atau lambat, orangtua harus merelakan diri melepaskan genggaman tangan (meski tidak sepenuhnya lepas) demi kebaikan anak itu sendiri.

Pengalaman melepas anak pergi, saya seperti menyelami perasaan ibu dan (alm) ayah, ketika mengijinkan bungsunya ini merantau. 

Antara tega dan tidak tega, kala itu saya belum pernah pergi sendirian ke kota besar, tetapi tetap harus pergi karena tidak ada pilihan lain.

Malam pertama kamar anak lanang tak berpenghuni, rasanya ada yang kosong di hati ini, terbersit perasaan menahan sedih. Akhirnya berdamai dengan keadaan, menjadi cara manusia untuk beradaptasi, hingga sampai pada tahap penerimaan dan ujungnya iklhas.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Meski terpisah jarak dan ruang, anak-anak tetaplah anak-anak kita, suatu saat akan kembali ke rumah mencurahkan yang dialami di dunia luar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun