Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bahagia Itu Tidak Ada Kaitannya dengan "Bokek"

4 Februari 2019   04:31 Diperbarui: 4 Februari 2019   20:15 2031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay/putuelmira)

Saya yakin, siapapun tidak bisa menjamin (bahkan untuk dirinya sendiri), bahwa roda hidup akan selalu di atas, bahwa dewi fortuna akan selalu berpihak.

Kehidupan terus berputar, hukum alam bekerja dengan adil dan sempurna. Yang sedih diganti senang, yang menderita bertukar gembira, kerugian dihapuskan keberuntungan, begitu seterusnya sampai akhir dunia.

Termasuk dalam kehidupan berumah tangga, pasangan suami istri pasti melewati aneka cuaca persoalan, melintasi hujan dan terik peristiwa. Semua keadaan yang dilewati setiap orang, sejatinya mengatarkan hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik oleh siapa saja.

Saya masih ingat sekitar sepuluh tahun silam, setelah tabungan kami terkuras untuk membeli rumah yang dicita-citakan. Satu dua bulan setelahnya, saya dan istri musti berhemat habis-habisan, karena keadaan memang menuntut demikian.

Bayangkan dengan saldo di rekening yang tinggal beberapa ratus ribu, sementara tanggal masih berada di pertengahan bulan. Istri harus pintar-pintar memutar otak, bagaimana dengan uang yang ada, bisa menyelamatkan asap dapur sampai akhir bulan.

Saya merekam strategi diterapkan istri kala itu, yaitu membeli beberapa papan tempe untuk dikreasikan menjadi beberapa masakan. Hari ini tempe orek, besok tempe tepung, pagi makan oseng-oseng tempe, sore ketemu tempe bacem, besoknya lagi tempe penyet.

Kalau lidah sudah mulai bosen, maka tempe orek dicampur sedikit teri dan kacang, oseng oseng tempe dicampur tahu, kemudian tempe penyet tambah ikan asin dan dipakai sambel matah.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya dan istri juga menjalankan puasa senin kamis, setidaknya tidak perlu mikir masak (kecuali untuk anak) dan terbebas dari sarapan dan makan siang,

Dan persis seperti perumpamaan roda berputar, keadaan tidak selamamnya flat, perlahan-lahan kembali pulih, kondisi keuangan keluarga berangsur stabil.

Setiap mengingat tahapan yang kami lalui tersebut, campur aduk perasaan ada di dada, muncul terharunya, ada lucunya, bahagia, semua tak bisa dijelaskan kata.

Menyadarkan kami sebagai pasangan suami istri, telah melewati aneka suasana, dan nyatanya bisa bertahan kemudian (alhamdulillah) bisa keluar dari badai keadaan. 

Setelah mengenang masa sulit, biasanya ikatan suami istri semakin erat, siap menghadapi episode kehidupan selanjutnya.

Bahagia Tidak Mengenal Bokek
Anda boleh percaya boleh tidak percaya, ternyata bahagia itu (sama sekali) tidak ada kaitannya dengan ada atau tidak adanya uang. Keberadaan rasa bahagia itu ternyata bebas sebebas-bebasnya, merdeka semerdeka-merdekanya, tergantung bagaimana manusia itu sendiri memaknainya (bahagia).

Bokek atau tidak punya uang, sebenarnya (sebenarnya nih, harusnya) tidak bisa mengintervensi perasaan bahagia. Karena manusia dianugerahi kecerdasan akal, sehingga sangat bisa menguasai keadaan yang tengah dialami.

Semasa saya masih bujangan dan kuliah, mendapati dompet kosong sudah tidak kaget. Tetapi nyatanya saya masih bisa haha hihi, kumpul dan berkegiatan di kampus. Masih bisa memenuhi kebutuhan hidup (meski seadanya)

Ya, memang benar dengan tidak punya uang, maka (saat itu) tidak bisa membeli apa yang menjadi keinginan (catat keinginan bukan kebutuhan).

Tetapi, manusia dengan kepiawaiannya, sangat bisa beradaptasi dengan keadaan, dan kemampuan menyesuaikan diri tersebut musti kita manfaatkan (dalam hal positif)

Balik ke pengalaman saya setelah membeli rumah, ketika kondisi keuangan keluarga sedang seret, akhirnya kami (secara naluri) lebih kreatif (contohnya kreasi menu, seperti di atas)

Dan tau nggak, setiap ada acara makan-makan di kantor (saat itu masih ngantor), jatah saya minta dibungkus untuk dibawa pulang- hehehe.

Jadi pada saat acara kantor berlangsung, saya cukup puas dengan minuman (biasanya teh atau juice) saja, atau kalau ada camilan ya syukur.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Nah, kebahagiaan justru saya dapati ketika pulang dan sampai di rumah, melihat anak makan (jatah ayahnya) dengan lahapnya. Agar istri bisa ikut makan, biasanya ditambahkan nasi putih (dimasak sendiri), sehingga ibunya bisa ikut menikmati menu 'mahal' tersebut---hehehe.

Betapa bahagia itu (sebenarnya) mudah dihadirkan, hanya dengan sedikit strategi, meskipun sedang bokek tetap saja rasa bahagia itu datang.

Kemudian kalau ada kegiatan di lingkungan sekitar rumah, saya dan (terutama) istri tidak segan ditunjuk menjadi seksi repot mengurusi acara. 

Lagi dan lagi, kebahagiaan itu mendadak datang, biasanya saat panitia pulang tidak dengan tangan kosong, konsumsi berlebih bisa dibawa pulang.

Untuk urusan rekreasi, kami bisa menikmati akhir pekan, dengan pergi ke taman kota atau danau dekat rumah, anak-anak berlari kesana kemari. 

Kalau bosan ke taman atau danau, akhir pekan berikutnya main ke rumah teman istri, di perumahan menengah yang ada kolam renang khusus warga penghuni. Anak bisa main air sepuasnya.

Dulu di kantor lama, sempat menjalin kerjasama dan punya jatah menginap di hotel, kalau sudah mendekati expire daripada mubazir biasanya diberikan kepada karyawan. 

Siapa yang tidak senang, sudah mengajak anak istri menginap, kemudian paginya sarapan ala menu hotel, padahal dompet sedang tipis---hehehe.

Saya yakin, anda pasti punya pengalaman unik yang mirip-mirip, sehingga tetap bisa menciptakan kebahagiaan meskipun keuangan sedang seret. Jadi, kebahagiaan itu tidak tergantung keadaan yang menyelimuti sesorang, karena siapapun tetap bisa bahagia dalam kondisi apapun. 

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun