Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jika Mau Kinerja Kendaraan Optimal, Sebaiknya Jangan Pakai Premium!

31 Oktober 2017   17:32 Diperbarui: 31 Oktober 2017   17:35 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumbergambar: Dokumentasi hiu23.wordpress.com

Sebagai penguna roda dua, saya punya bengkel langganan tidak jauh dari rumah. Dua bulan sekali melakukan servis mesin, agar motor tetap nyaman dipakai dan mantap tarikannya.

Seperti biasa, saya pilih ke bengkel pada hari libur yaitu pada sabtu atau minggu pagi. Dengan datang pagi, bersamaan dengan jam buka bengkel, satu lagi belum banyak pelanggan datang. So, Motor saya bisa segera ditangani, sehingga bisa pulang cepat dan bisa melakukan aktivitas lainnya.

Mula mula Si Abang mengendorkan mur dari bautnya, kemudian membuka onderdil mesin dan diletakkan dalam satu penampungan. Dengan kuas yang sudah dibasahi cairan khusus, mulailah satu persatu bagian mesin dibersihkan.

Tampak sekali tangan terampil itu seperti menari, dengan telapak, kulit jari-jari dan kuku berbaur oli. Justru penampakkan tangan yang semu gelap, cerminkan bahwa Si Abang Bengkel adalah orang yang berkompeten di bidangnya.

Saya duduk di bangku panjang berimpit dinding, tekun mengamati yang dilakukan empunya bengkel. Mengamati orang bekerja di bengkel, bisa menjadi cara membuang bosan, sekaligus mengasyikkan. 

Sebagai tuan rumah yang ramah, sambil membersihkan mesin, Si Pelanggan pun diajak berbincang.

"Masih pakai Premium ya, Pak?" Abang bengkel memulai percakapan.

"Iya, Bang."

Ini abang sekedar nebak, atau bisa melihat dari indikasi mesin ya? Gumam saya perlahan.

"Oo," jawabnya hanya dua huruf.

Kalimat Abang Bengkel terkesan, seperti ada sesuatu disembunyikan. Sungguh menganggu perasaan, saat tertangkap dua telinga. Bola mata ini otomatis bergeser arah, menangkap garis wajah yang memendam sesuatu.

"Emang kenapa, Bang?" Rasa penasaran sontak membumbung.

Masih sambil sibuk membersihkan mesin, Si Abang meneruskan kalimat yang disimpan pada guratan di wajahnya. Bahwa Premium mengandung RON 88, dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kinerja mesin. Sebagai orang awam mesin, saya mencoba keras, mencerna apa yang baru didengar.

Apa itu RON?

Ron singkatan dari research octane number. Atau singkatnya, dapat pula disebut hanya dengan sebutan "octane". RON ini bisa dijadikan parameter dalam menentukan kualitas bahan bakar.

Artinya semakin tinggi angka RON, maka semakin bagus bagi kinerja mesin di kendaraan kita. Semakin tinggi RON atau octane, maka polusi atau hasil buangan dari kendaraan juga semakin sedikit.

Kalau untuk bahan bakar diesel, parameternya menggunakan istilah cetane dan sulfur content. Semakin tinggi angka cetane, maka semakin bagus kinerja sebuah mesin. Semakin rendah angka sulfur content, maka semakin bagus dampaknya bagi lingkungan.

Sebagaimana kita ketahui, angka sulfur content yang rendah akan lebih efisien dan ramah lingkungan.

"Bagaimana cara konsumen tahu angka RON, Bang?"

Jawaban diberikan Abang Bengkel sangat simpel. Tak lama kemudian saya buktikan sendiri jawaban itu. Ketika hendak mengisi BBM di satu SPBU, pada bagian atas setiap tanki pengisian ada tulisannya.

Coba Kompasianer perhatikan. Setiap ada tulisan jenis BBM akan ada angka menyertai. Untuk gasolineyang terdiri dari Pertamax Racing 100, Pertamax Turbo 98, Pertamax 92, Pertalite 90 dan Premium 88. Angka pada bagian belakang menunjukkan nominal RON.

Sementara untuk BBM jenis gasoil, yang terdiri dari DEX/Pertamina DEX 53, Dexlite 51, dan Biosolar 48, angka pada bagian belakang menunjukkan nominal cetane.

Pernah saya membaca sebuah berita, saat mudik lebaran,Pertalite menjadi bahan bakar primadona konsumsi kendaraan. Kala itu permintaan Pertalite meningkat pesat, jauh mengungguli angka penjualan Premium.

Data realisasi penjualan BBM sampai bulan Juli 2017, untuk market share Pertalite sampai pada angka 40,6 persen atau naik sekitar 363,7 persen. Sedang market share Pertamax berada di angka 17,0 persen, sedangkan sebelumnya pada tahun 2016, market share masih berada di angka 11,3 persen. Berarti naik sekitar 53,7 persen (sumber www.pertamina.com).

Peningkatan penggunaan BBM yang terjadi, secara langsung atau tidak bisa dikaitkan dengan kegiatan keekonomian. Dari Si Abang Bengkel, saya mendapat informasi tentang keuntungan menggunakan Pertalite.

Tenaga mesin semakin besar, juga mempunyai torsi yang semakin mumpuni. Dari sisi akselerasi mesin jangan diragukan, bisa melaju hingga 60 Km per jam. Sementara dari sisi efisiensi BBM, Pertalite lebih hemat 1 Km dibanding Premium.

Selain Pertalite dengan kandungan RON 90, ternyata dicampur dengan zat zat aditif yang bermanfaat untuk mesin.

Apa kegunaan aditif?

Sebagai Zat anti kristal air, Zat anti karat dan Zat pembersih pada mesin.

Zat antikristal air: yaitu zat yang berfungsi untuk memisahkan air, karena air dapat menjadi kerak di ruangan bakar dalam kurun waktu lama.

Zat antikarat: zat ini bekerja di dalam tanki, berfungsi untuk mengotimalkan saluran mesin menjadi bersih.

Zat pembersih: zat ini yang mentyebabkan kinerja mesin optimal, ketika semua saluran bersih.

Bahan bakar dengan oktan rendah, ketika pembakaran belum maksimum sudah dipaksa mengeluarkan tenaga. So, untuk jangka panjang pertalite lebih bagus dan lebih hemat dibanding premium.

"Kalau pakai Pertamax bagaimana, Bang?"

"Apalagi Pertamax, lebih bagus lagi itu Pak."

 Tanpa terasa hampir setengah jam obrolan berlangsung. Banyak pencerahan saya dapati Sabtu pagi itu. Setelah membayar ongkos servis, segera saya menuju SPBU untuk mengisi Pertalite.

Bagaimana dengan anda, Kompasianers? Masak gak pengin punya kinerja mesin yang bagus ?

Sumber gambar: eksplorasi.id
Sumber gambar: eksplorasi.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun