Sebagai penguna roda dua, saya punya bengkel langganan tidak jauh dari rumah. Dua bulan sekali melakukan servis mesin, agar motor tetap nyaman dipakai dan mantap tarikannya.
Seperti biasa, saya pilih ke bengkel pada hari libur yaitu pada sabtu atau minggu pagi. Dengan datang pagi, bersamaan dengan jam buka bengkel, satu lagi belum banyak pelanggan datang. So, Motor saya bisa segera ditangani, sehingga bisa pulang cepat dan bisa melakukan aktivitas lainnya.
Mula mula Si Abang mengendorkan mur dari bautnya, kemudian membuka onderdil mesin dan diletakkan dalam satu penampungan. Dengan kuas yang sudah dibasahi cairan khusus, mulailah satu persatu bagian mesin dibersihkan.
Tampak sekali tangan terampil itu seperti menari, dengan telapak, kulit jari-jari dan kuku berbaur oli. Justru penampakkan tangan yang semu gelap, cerminkan bahwa Si Abang Bengkel adalah orang yang berkompeten di bidangnya.
Saya duduk di bangku panjang berimpit dinding, tekun mengamati yang dilakukan empunya bengkel. Mengamati orang bekerja di bengkel, bisa menjadi cara membuang bosan, sekaligus mengasyikkan.Â
Sebagai tuan rumah yang ramah, sambil membersihkan mesin, Si Pelanggan pun diajak berbincang.
"Masih pakai Premium ya, Pak?" Abang bengkel memulai percakapan.
"Iya, Bang."
Ini abang sekedar nebak, atau bisa melihat dari indikasi mesin ya? Gumam saya perlahan.
"Oo," jawabnya hanya dua huruf.
Kalimat Abang Bengkel terkesan, seperti ada sesuatu disembunyikan. Sungguh menganggu perasaan, saat tertangkap dua telinga. Bola mata ini otomatis bergeser arah, menangkap garis wajah yang memendam sesuatu.