Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Film BANDA, The Dark Forgotten Trail

1 Agustus 2017   20:48 Diperbarui: 1 Agustus 2017   21:45 3216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang terbersit di benak saat mendengar kata Banda?

Saya pribadi langsung tersambungkan, dengan nama Banda Neira di Kepulauan Maluku. Banda sebagai pusat administratif Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku memiliki kantor pemerintahan, toko, dermaga dan Bandara.

Banda Neira nama yang tersebutkan di atas, konon pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli terkemuka di dunia. Pada abad XIX Banda menjadi sumber rempah bernilai tinggi, bahkan harga pala sampai melampaui harga emas permata.

Bangsa dari berbagai belahan dunia terpesona, datang untuk melakukan transaksi pala di pulau Banda. Sekian banyak dari negara yang berjual beli pala, tampak Portugis dan Belanda ingin menguasai hasil rempah di tanah Banda.

Pada tahun 1621 terjadi pembantaian penduduk oleh VOC, bagi yang masih hidup dibawa ke Batavia untuk dijadikan budak. Sungguh tragis, penduduk asli yang berhak atas keberlimpahan ini diusir dan direbut kekayaan bumi pertiwinya.

Siapa sangka dari pulau Banda pula,  tokoh yang melahirkan Republik ini pernah mengasah diri. Adalah Muhammad Hatta dan Sultan Sjahrir, pernah diasingkan dan dikekang kebebasan raganya. Namun justru pemikiran kedua tokoh besar berkembang pesat, melahirkan konsep kemerdekaan setelah melalui permenungan panjang di pulau Banda

Emas tetaplah emas meskipub dipendam dalam dan dibuang jauh, kemerdekaan jiwa Hatta tak merasa terkungkung selama ada buku bersamanya. Bung Hatta yang menghembuskan nafas terakhir pada usia 77 tahun, telah memiliki koleksi buku sebanyak 80 ribu.

Sultan Syahrir namanya terpahat sebagai perdana mentri pertama Republik ini, selama pengasingan memberdayakan kaum muda di Banda. Pun tercatat dua nama tokoh pergerakan lainnya, yaitu Cipto Mangunkusumo dan Iwa Kusuma Sumantri.

Dua nama tokoh menonjol kini diabadikan, dalam sebuah pulau di Banda yaitu Pulau Hatta dan Pulau Sjahrir. Peninggalan Hatta masih terpelihara, yaitu nama desa yang bercitarasa patriotisme, seperti desa Merdeka, desa Nusantara dan sebagainya.

Kini pala Banda semakin merana, harta termahal bagai pualam itu harganya merosot dan kalah bersaing dengan komoditas lainnya. Penentuan harga yang tidak berpihak petani pala, membuat kehidupan petani semakin merana.

Keterbatasan ekonomi dan pengetahuan, membuat pala tidak dikelola dengan maksimal. Seperti pengeringan yang smestinya dengan pengasapan, digantikan dengan proses jemur di bawah terik matahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun