Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Membeli Rumah Secara Tunai adalah Prioritas Hidup yang Telah Kucapai

19 Juli 2017   10:31 Diperbarui: 24 Februari 2022   08:17 2819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulai dari perumahan baru dibangun, rumah di perumahan lama yang dijual atau rumah di perkampungan tak luput dari perhatian. Langkah kami mundur teratur, setelah mendengar harga dipasang oleh penjual.

Masuk tahun ke tiga pernikahan, uang di deposito membuat PD mencari rumah. Harga rumah baru (cluster) pada kisaran dua ratus lima puluh juta, dengan luas tanah enam puluh meter persegi.

Membaca buku Mestakung karya Prof Yohanes Surya, semakin mengokohkan keyakinan kami. Ada teori dinamakan semesta mendukung (disingkat Mestakung), akan menghampiri orang orang yang berusaha dengan sungguh.

Pada orang yang berusaha maksimal, lingkungan di sekelilingnya akan memberi bantuan. Dalam buku tersebut dicontohkan, orang bisa melompati tembok tinggi ketika ketakutan dikejar anjing.

Masuk tahun ke empat pernikahan,  ibu mertua membawa kabar ada nenek  hendak menjual rumah dengan harga murah. Mendekati usia delapan puluh tahun, perempuan renta ini pengin tinggal di rumah anak pertamanya.

Sebuah rumah di komplek lama (tahun 80-an), dengan tanah seluas dua kali rumah di cluster baru. Malam itu kami menyambangi  si nenek, terucap angka dua ratus juta tapi langsung diberi discount.

Jantung ini berdegup kencang, ketika tabungan hanya kurang lima belas juta dari harga disebutkan. Kami masih menawar harga setelah discount, berharap bisa sama dengan tabungan dimiliki. Empunya rumah besikeras tak mau turun, saat kami pasrah sulung si nenek mau menurunkan sedikit.

Saya dan istri menyanggupi dan sedikit lega, meskipun belum tahu mencari kekurangan yang musti ditanggung. Satu demi satu deposito dicairkan sesuai tanggal jatuh tempo, sembari memutar otak mencari kekurangan.

Mestakung benar-benar kami alami, ketika deposito terakhir dicarikan dan kekurangan belum didapatkan. Kakak ipar berlapang hati mengulurkan tangan, "pakai saja dulu,  ngembaliin kalau sudah longgar"

membeli rumah setelah menabung lama-dokpri
membeli rumah setelah menabung lama-dokpri
"Alhamdulillah" bisik saya, cita-cita membeli rumah dengan tunai tercapai. Kebaikan kakak ipar saya balas, setahun berikutnya uang saya kembalikan plus  barang disukainya.

Saya percaya, setiap Kompasianer pasti punya keinginan besar dalam setiap tahap kehidupan. Setiap Pilihan Jenius yang kita ambil, niscaya akan mempermudah jalan untuk mewujudkan prioritas tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun