Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Budaya Bersih dan Senyum Dimulai dari Masjid

5 Oktober 2016   04:19 Diperbarui: 5 Oktober 2016   05:22 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Masjid usai sholat Ied yang berserakan sampah koran -dokpri

-0o0-

Melihat ragam kegiatan di masjid AR Rahmah, saya teringat aksi nyata Baginda Rasulullah. Fungsi Masjid sejatinya tidak berhenti pada ibadah ritual, seperti shalat dan dzikir saja. Masjid jaman Rasulullah, juga sebagai tempat pendidikan, kegiatan ekonomi, bahkan latihan militer dan persiapan perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa serta banyak kegiatan lain yang berorientasi untuk kepentingan umat.

Dari pembinaan di masjid oleh Rasulullah, muncul nama besar Abu bakar Siddiq, Umar Bin Khatab, usman Bin Affa dan Ali Bin Abi Thalib, juga nama sahabat lainnya. Sudah saatnya masjid, menjadi tempat "pesta" kemanfaatan yang bertabur ilmu dan cahaya.

Coba saja Gerakan Budaya Bersih dan Senyum, dimulai dari ajakan khatib saat khutbah jumat di Masjid. Saat kajian sholat subuh atau duha, diselipkan ajakan akan pentingnya budaya bersih. Pada masjid di perkantoran, ajakan bisa diserukan ba'da sholat duhur atau ashar.

Mayoritas panduduk Indonesia muslim, saya rasa masjid adalah tempat yang sangat efektif. Nah budaya yang ditanamkan di masjid, akan dibawa ke seluruh aktivitas para jamaahnya. Budaya bersih dan senyum akan melekat, baik saat di lingkungan rumah tingal, atau tempat kerja atau saat berekreasi.

Kalau setiap individu sadar pentingnya budaya bersih, seperti terjadi efek berkesinambungan. Sektor Pariwisata akan terdongkrak, karena bersih dan senyum sudah menjadi keseharian masyarakat. -salam-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun