Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Budaya Bersih dan Senyum Dimulai dari Masjid

5 Oktober 2016   04:19 Diperbarui: 5 Oktober 2016   05:22 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Masjid usai sholat Ied yang berserakan sampah koran -dokpri

Melihat fenomena di Jabodetabek dan kota besar lainnya, masjid berdiri di mana mana. Dalam radius satu kilometer bisa lebih dari satu masjid, belum lagi musholla muncul disela selanya. Pembangunan tempat ibadah terasa masif, lazimnya melibatkan masyarakat luas.

Coba saja perhatikan, di keramaian lalu lintas disediakan kotak amal. Petugas dengan speaker mengetuk hati pengguna lalu lintas, sembari menekankan keutamaan bersedekah. Hasilnya bisa kita saksikan, masjid dengan bangunan indah berdiri megah.

Tak hanya di jalan raya, perumahan atau kampung. Masjid juga berdiri (tepatnya didirikan), baik di pusat perbelanjaan atau pusat perkantoran. Beberapa tempat di Mall yang saya datangi, masjid dibangun dengan indah dan luas. Tak lagi seperti dulu, yang sempit dan di tempat nyempil.

Tugas belum selesai, tak hanya berhenti pada pembangunan fisik saja. Memakmurkan masjid yang sudah megah, jauh lebih utama dan tak kalah sulit. Perlu upaya demi kesadaran umat, agar tak segan melaksakan sholat lima waktu di rumah Allah.

Pun saat sholat jumat, masjid di mana-mana penuh dengan jamaah pria. Lebih-lebih saat sholat hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, membludak sampai halaman atau jalan sekitar masjid. Tempat ibadah umat muslim ibarat magnet, sangat efektif untuk menggerakkan manusia.

Ini tulisan arahnya kemana ? (baca sampai selesai ya)

Begini, pada 9 september 2015 baru dilaunching "Gerakan Budaya Bersih dan Senyum" (GBBS) dari Kemenko Maritim dan Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. Gerakan Budaya Bersih dan Senyum sebagai implementasi, sekaligus penunjang Gerakan Revolusi Mental.

GBBS melibatkan semua element, baik masyarakat, Pemerintah, Swasta, Komunitas. Peran serta dan dukungan semua pihak diperlukan, guna meningkatkan kualitas daya saing Pariwisata di dunia International. Sebenarnya ada tiga focus, yaitu Indonesia Bersih, Indonesia Sehat dan Indonesia Melayani. Khusus tulisan ini, saya ingin membahas Indonesia Bersih.

Siapa masih menyangsikan, kekayaan dan keindahan alam Indonesia. Mungkin kita sepakat, bahwa Indonesia bagaikan cukilan tanah nirwana.  Panorama Indonesia luar biasa, dibandingkan dengan negara lain di dunia. Beberapa destinasi ternama di luar negeri, kebanyakan objek wisata buatan (bukan alami).

Namun sungguh disayangkan, apabila merujuk data penelitian word bank. Indonesia menjadi negara penghasil sampah nomor dua di dunia, di bawah Cina sebagai urutan nomor satu. Di Singapore dan Jepang, butuh waktu puluhan tahun menciptakan budaya bersih. Bahkan anak-anak dan balita, diajarkan budaya bersih dan santun sebelum berhitung dan membaca.

Budaya bersih musti ditekankan, mulai lingkungan terkecil yaitu diri sendiri. Kemudian mempengaruhi orang terdekat (anak-anak/istri), berlanjut untuk ditularkan pada lingkungan dan begitu seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun