Mohon tunggu...
Agung Drajat Sucipto
Agung Drajat Sucipto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah lulus S2 dan S1 Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Benarkah Manusia Makhluk Berbudaya?

25 November 2020   09:17 Diperbarui: 11 Oktober 2022   16:25 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agung Drajat Sucipto, M.Sos - BENARKAH MANUSIA MAKHLUK BERBUDAYA?

Pada dasarnya manusia terikat dengat kebutuhan-kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari aspek kehidupannya. Untuk itu agar manusia bisa hidup normal setidaknya perlu memenuhi tiga jenjang dasar kebutuhan. 

Yang pertama adalah kebutuhan biologis, kedua kebutuhan sosial, dan ketiga kebutuhan integratif. Pemaknaan yang pertama terkait kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang terkait langsung dengan diri manusia yang terwujud sebagai makhluk berjasad, seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Lalu pertanyaan yang muncul berikutnya, apakah manusia sanggup hidup sendiri dengan memenuhi kebutuhan biologisnya saja? Jelas tidak. Manusia memerlukan interaksi, kerjasama, berekspresi, hingga melahirkan kelompok sosial. 

Disinilah muncul kebutuhan kedua yaitu kebutuhan sosial. Klasifikasinya biasanya diidentifikasi sesuai dengan kesamaan yang bermuara pada asal-usul, aspek wilayah, ideologi, bahkan status pekerjaan. Misal sebut saja istilah Guru. 

Ia adalah batasan sosial yang dikhususkan kepada siapa saja yang bekerja di sekolahan sebagai pendidik untuk menciptakan generasi selanjutnya yang jauh lebih baik dan terdidik baik moral dan perilaku.

Tentang bagaimana cara Guru tersebut mendidik, apakah dengan semaunya sendiri tanpa aturan, atau dengan tangan besi (memukul atau bersikap kasar) kepada siswanya atau dengan lembah lembut dan penuh kasih sayang, itu adalah soal piranti sosial. 

Piranti sosial sangat dipengaruhi oleh tujuan dibalik upaya tersebut, yang mana dibalik upaya tersebut harus ada filter atau rambu-rambu yang mendasari bagaimana guru tersebut mendidik siswa-siswanya baik berupa konsep-konsep regulasi mengajar, etika, dan kurikulum agar bisa saling bekerjasama antara guru dan siswanya untuk mencapai kebutuhan dan tujuan yang diinginkan bersama. Dari situlah kebutuhan Integratif dibutuhkan.

Kebutuhan sebagai makhluk yang berkebudayaan menjadikan pengetahuan, budaya, kepercayaan dijadikan acuan tindakan juga harus mampu membedakan mana tindakan yang salah dan mana tindakan yang benar. Maka lahirnya rules atau aturan menjadi titik utama dalam kebutuhan integratif tersebut.

Corak lain dari manusia berkebudayaan ialah senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, sebab yang membahagiakan hidup manusia pada hakekatnya seuatu yang baik dan benar, maka ia akan selalu berusaha menciptakan kebaikan dan kebenaran. 

Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia (harusnya) mencermirkan pribadi sebagai makhluk yang beretika, tertib aturan, sekaligus secara kodratnya adalah ciptaan yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Sinergitas Akal, Nurani, dan Tindakan adalah epistemologi dari makhluk berbudaya. Akal yang berfungsi sebagai alat pikir dan sumber pengetahuan, ditopang oleh Nurani sebagai alat merasakan dan menentukan kata hati, diakhiri oleh Tindakan sebagai alat manusia untuk berkehendak menentukan dan memutuskan kebutuhannya.


(Ditulis oleh Agung Drajat Sucipto, M.Sos)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun