Mohon tunggu...
Agung Drajat Sucipto
Agung Drajat Sucipto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah lulus S2 dan S1 Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Tafsir Kontemporer: Amina Wadud dalam Buku "Quran and Women"

24 November 2020   06:18 Diperbarui: 24 November 2020   06:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KAJIAN TAFSIR KONTEMPORER (AMINA WADUD) 

Oleh: Agung Drajat Sucipto

Perempuan bernama Amina Wadud Muhsin, ialah seorang tokoh feminis muslimah yang lahir di Amerika pada tahun 1952. Dia seorang pengajar sekaligus guru besar pada Commonwealth University di Richmond Virginia. 

Namanya terkenal dalam kalangan Islam berkat bukunya yang berjudul "Qur'an and Women" yang berangkat dari kerangka historis perempuan-perempuan Afrika-Amerika dalam memperjuangkan hak dan keadilan gender.

Cerminan yang bias patriarki seringkali dimunculkan yang berakibat kurangnya mendapat keadilan yang proporsional bagi perempuan. Dalam buku "Qur'an and Women", ia mencoba melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi terhadap model penafsiran klasik yang syarat dengan bias patriarki.

Menurutnya Alqur'an yang notabene sebagai sumber nilai tertinggi harus secara adil menjadikan equal atau setara bagi laki-laki dan perempuan. Riset yang dilakukan Amina Wadud bertujuan agar Al-qur'an mempunyai makna dalam kehidupan perempuan modern, sebab setiap pemahaman atau penafsiran terhadap suatu teks Alqur'an sangat dipengaruhi oleh perspektif mufassirnya, terutama budaya yang melatarbelakanginya.

Secara tidak langsung Amina Wadud tidak ingin berhenti dalam mereproduksi makna teks semata, melainkan ia juga berusaha memproduksi makna teks tersebut. dengan kreatifitas dan inovatif pemaknaan tersebut maka teks menjadi hidup dan kaya akan makna. Teks juga menjadi dinamis dan akan selaras mengikuti perkembangan peradaban dan budaya manusia, khususnya perempuan.

Kritik penafsiran Alqur'an oleh Amina Wadud terbagi menjadi tiga corak, yaitu Tradisional, Holistik, Reaktif. 

Yang pertama Tafsir Tradisional. Menurutnya corak tafsir seperti ini akan selalu mengikuti minat dan kemampuan mufassirnya, seperti fiqih, Sejarah, Tasawuf, atau bahkan Nahwu (gramatikal bahasa Arab). 

Tafsir tersebut terkesan eksklusif yang hanya ditulis oleh kaum laki-laki. Wajar saja kalau pengalaman, perspektif, dan visi kaum laki-laki saja yang diakomodasi dalam pemaknaan teks tersebut.

Yang kedua Tafsir Holistik. Yang mana lebih menggunakan metode penafsiran yang dikaitkan dengan persoalan moral, ekonomi, politik dan sosial yang muncul di era modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun