Mohon tunggu...
Agung Nugroho
Agung Nugroho Mohon Tunggu... -

sesuatu yang indah itu akan datang ketika kita sudah berusaha,

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Teknik Liputan dan Penulisan Naskah Berita

10 Juli 2012   16:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 20799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakan Masalah

Radio merupakan media hiburan yang hanya menyuguhkan suara kepada khalayak luas. Berbagai acara tersedia dalam program penyiaran radio. Selain sebagai media hiburan, radio juga digunakan sebagai media untuk mendapatkan informasi terkait peristiwa yang sedang terjadi. Hal ini mengacu pada fungsi radio sejak masa penjajahan jepang dahulu, dimana radio digunakan sebagai media untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.

Dalam menyajikan informasi atau berita, radio membutuhkan peran wartawan atau jurnalis sebagai pencari berita. Dalam sejarah pers Indonesia, jurnalis dianggap sebagai orang yang paling berjasa bagi penyebaran informasi kepada masyarakat. (Eni Setiati. 2005:2). Hal ini terkait dengan tugas jurnalis sebagai peliput peristiwa hingga merangkainya menjadi naskah atau tulisan yang menarik bagi masyarakat.

Jurnalis memiliki peran penting dalam media massa, dan termasuk juga pada lembaga penyiaran publik (LPP) radio republik Indonesia (RRI) Semarang. Jurnalis bertugas meliput sebuah peristiwa yang sedang terjadi serta memberikan informasi tentang kebenaran kepada publik, agar mereka dapat menyimpulkan keadaan berdasarkan isi dalam berita yang mencerminkan sebuah fakta. (Eni Setiati. 2005:9).

Peran inilah yang menuntut kemampuan jurnalis agar dapat memberikan informasi secara capat dan akurat. Kejelian dan kreatifitas menjadi modal penting bagi jurnalis dalam mencari dan menentukan peristiwa yang memiliki nilai berita, serta layak untuk diberitakan. Dalam melakukan liputan, wartawan hendaknya memperhatikan kode etik jurnalis, salah satunya adalah jurnalis harus menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, menghormasi asas praduga tak bersalah serta tidak mencampurkan antara fakta dan opini. (Eni Setiati. 2005:106).

Selain bertugas meliput peristiwa, jurnalis juga bertugas sebagai penulis naskah berita. Jurnalis tentu lebih tau tentang peristiwa yang diliput, oleh karena itu dalam menulis naskah berita hendaknya dilakukan oleh jurnalis yang melakukan liputan itu sendiri. Pemilihan kata dan penyusunan kalimat dalam menulis naskah yang tepat harus menjadi perhatian khusus bagi jurnalis. Hal ini untuk memudahkan proses penyampaian pesan kepada masyarakat sesuai dengan peristiwa yang terjadi. Kalimat yang digunakan untuk menyusun naskah berita harus mudah dipahami, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh publik. (A.M. Dewabrata. 2006:37).

Penulisan naskah berita yang baik adalah terdapat unsur 5W+1H didalamnya. Penulisan naskah berita harus singkat, padat dan jelas. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan waktu yang telah disediakan dan diatur berdasarkan masing-masing program di RRI Semarang.

Dengan pemilihan kata yang tepat, diharapkan berita yang disajikan mampu diterima dengan baik oleh masyarakat, karena kata merupakan tanda yang digunakan untuk menyampaikan gagasan, konsep dan makna tentang sebuah peristiwa yang terjadi. (A.M. Dewabrata. 2006:155). Dalam bukunya, Dewabrata juga menyebutkan, berita hendaknya dibuat dengan singkat dan memperhatikan ketersidiaan waktu yang telah ditetapkan.

Dalam praktenya, pemendekan kalimat atau pembuangan kata tidak perlu terlalu ketat, terlebih jika memang masih ada space atau celah waktu yang cukup luas. Namun demikian, terdapatnya kata-kata yang tidak perlu harus ditiadakan, karena dapat berpengaruh pada mutu berita itu sendiri.

1.2Perumusan Masalah

Proses liputan dan penulisan naskah berita radio bukanlah hal yang mudah. Butuh pemahaman dan keuletan untuk mempelajari teknik dalam pelaksanaanya. Beberapa masalah yang sering terjadi adalah :

1.Memahami teknik dalam praktek liputan berita radio?

2.Memahami teknik dalam praktek penulisan naskah berita radio?

1.3Tujuan

1.Untuk memahami teknik dalam praktek liputan berita olahraga.

2.Untuk memahami teknik dalam hal penulisan naskah berita olahraga.

BAB II

DESKRIPSI PERUSAHAAN

2.1Sejarah Singkat RRI

2.1.1Masa Penjajahan Belanda

Pada masa penjajahan Belanda, awalnya siaran radio pertama di Indonesia adalah milik swasta, yaitu Bataviase Radio Vereniging (BRV). Sejak berdirinya BRV pada tanggal 16 Juni 1926, banyak bermunculan lembaga penyiaran swasta lainya. Salah satunya adalah Nederlandsch Indische Radio Omroep Masstchapyj(NIROM) di Jakarta, Bandung dan Medan. NIROM mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal itu disebabkan karena adanya keuntungan besar yang diperoleh dari pajak radio. Perkembangan NIROM juga tidak lepas dari campur tangan pemerintah Belanda dalam hal memberi bantuan, dengan tujuan mendirikan perusahaan penyiaran yang mencari keuntungan finansial dan dapat membantu pengukuhan penjajahan Belanda di Indonesia.

Pada tanggal 1 April 1933, Mangkunegara VII yang merupakanbangsawan Solo dan Ir.Sarsito Mangunkusumo berhasil mewujudkan Solosche Radio Vereninging(SRV) sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia. Pada 29 Maret 1937 diselenggarakan pertemuan setiap wakil dari badan penyiaran radio ketimuran di Bandung, sehubungan dengan pengakuan NIROM atas siaran ketimuran seluruhnya. Dari pertemuan itu melahirkan Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK), yang bertujuan sebagai badan penyiaran yang bersifat non finansial, Social Cultureel, dan semata mata demi kemajuan seni serta budaya nasional guna kemajuan masyarakat Indonesia.

2.1.2Masa Penjajahan Jepang

Pada tanggal 1 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang, dan menarik mundur semua pasukanya dari Batavia. Hal itu mengawali sejarah berdirinya tanah air yang telah dijajah selama ratusan tahun oleh pemerintah Belanda. Dengan berpindah tanganya kekuasaan Belanda kepada Jepang di Indonesia, masyarakat berharap kemerdekaan semakin dekat. Saat kekuasaan Jepang, radio juga digunakan dalam strategi militernya. Semua siaran radio diarahkan demi kepentingan militer Jepang semata. Bagi militer Jepang, radio digunakan sebagai sarana perang urat saraf dan alat propaganda untuk memenangi peperangan terhadap semua negara yang akan dijajahnya, dengan semboyan untuk kemerdekaan bangsa bangsa Asia yang masih dijajah dan selanjutnya bersama sama membangun Asia Timur Raya yang makmur. Perang urat saraf itu semakin tepat mengenai sasaran, diawali dengan tibanya tentara Jepang dibeberapa tempat di Indonesia.

2.1.3Babak Baru Penyiaran Radio Indonesia

Pada bulan Agustus 1945 Jepang mengaku kalah dalam perang dunia II, setelah dua kota yang menjadi pesat pemerintahanya Hirosima dan Nagasaki dihujani bom atom oleh tentara Amerika. Peristiwa itu dimanfaatkan oleh pasukan muda Indonesia, dan mendorong Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itulah Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) mulai terbentuk, dan dapat menjalankan program siaran sesuai dengan fungsinya. Pada masa pembentukanya RRI tersebar dibeberapa kota, Solo, Semarang dan lainya. Selama proses merintis sebuah lembaga penyiaran yang akan dijadikan sebagai jawatan radio, beberapa stasiun penyiaran RRI sempat mendapat gempuran tentara Inggris yang saat itu mulai masuk di wilayah Indonesia.

Pada tahun 1946 RRI sudah memiliki organisasi nasional, dengan pedoman perjuangan yang satu, sehingga suara RRI merupakan satu suara yang sama dalam politik dan arah tujuanya. Ajaran dari pedoman RRI saat itu dapat diterima oleh Masyarakat, sehingga banyak bermunculan cabang-cabang RRI di Indonesia, dan salah satunya adalah RRI Semarang. Hingga saat ini RRI merupakan Lembaga Penyiaran Publik yang dimiliki oleh negara. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Radio_Republik_Indonesia (Selasa,12 Juni 2012/23.23).

2.2Berdirinya RRI Semarang

Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang yang berada di ibukota Propinsi Jawa Tengah, Semarang, didirikan pada masa penjajahan Jepang. Para pemuda pejuang radio dari Semarang, bersama-sama dengan rekan-rekannya dari Jakarta, Purwokerto, Bandung, Surakarta, Surabaya dan Malang, merupakan tokoh-tokoh yang berjasa mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 11 September 1945. Jauh sebelum itu, tahun 1934, di Bandung, Jakarta dan Medan berdiri Nederlandsche Indische Radio Omroep (NIROM), yang dianggap sebagai cikal bakal radio siaran di Indonesia.

Tanggal 29 Maret 1937, di Bandung diselenggarakan pertemuan antarwakil Radio Siaran Ketimoeran yang dikelola oleh pribumi, Bangsa Indonesia. Berdirilah ketika itu, Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) yang diketuai Soetardjo Kartohadikusumo. Sejarah terus berlanjut sampai didirikannya Semarang Hoso Kyokudi zaman penjajahan Jepang. Semarang Hoso Kyoku bersama-sama dengan cabang Hoso Kyoku Purwokerto, Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Malang dan Surabaya serta Hoso Kanri Kyoku Jakarta inilah yang kemudian mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 11 September 1945. http://rrismgonline.stormpages.com/sejarah.html (Rabu,14 Juni 2012/22.30).

2.3Visi dan Misi Lembaga Penyiaran Publik RRI Semarang

2.3.1.1V I S I

·Menjadikan RRI sebagai lembaga penyiaran publik yang independen, netral, mandiri dan profesional.

2.3.1.2M I S I

·Memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan kepada semua lapisan masyarakat di seluruh Indonesia

·Mendukung terwujudnya kerjasama dan saling pengertian dengan negara-negara sahabat khususnya dan dunia internasional pada umumnya.

·Ikut mencerdaskan bangsa dan mendorong terwujudnya masyarakat informasi

·Meningkatkan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis dan berkeadilan, serta menjunjung tinggi supremasi hukum dan HAM ( Hak Asasi Manusia )

·Merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa

·Melaksanakan kontrol sosial

·Mengembangkan jatidiri dan budaya bangsa

2.4 Struktur Organisasi di Lembaga Penyiaran RRI Semarang

Dalam tubuh RRI Semarang juga memiliki struktur organisasi yang berfungsi sebagai pengendali tugas disetiap bidangnya. Berikut adalah struktur organisasi yang terdapat di RRI Semarang.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1Penyiaran Radio

Radio adalah media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat dan mudah didengarkan dan dibawa kemana saja. Tanpa melihat gambar atau tulisan, namun hanya dapat dinikmati menggunakan pendengaran. Program penyiaran yang menarik dalam radio akan mampu meningkatkan minat pendengar jauh lebih banyak. Penyiaran radio merupakan media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan (Riswandi, 2009:1).

3.1.1Berita Radio

Dalam proses penyiaran radio, berita merupakan salah satu bagian penting didalamnya. Sebagai sumber informasi khalayak luas, berita menjadi sebuah sajian yang sering dinanti oleh para pendengar. Berita radio merupakan suatu sajian laporan berupa fakta dan opini yang mempunyai nilai berita, penting, dan menarik bagi banyak orang, dan disiarkan melalui media radio secara berkala. (Riswandi, 2009:22).

3.1.2Kelayakan Isi Berita

Seorang responden selalu menganggap semua peristiwa bisa dijadikan berita, namun hal itu belum tentu bisa dianggap penting oleh pendengar. Reporter atau wartawan harus mempunyai kepekaan untuk menilai kelayakan sebuah peristiwa. (Riswandi. 2009:29).

Riswandi juga menyebutkan beberapa kaidah jurnalistik yang harus dipertimbangkan dalam menilai layak dan tidaknya sebuah berita radio.

1.Aktualitas menjadi nilai berita utama yang harus dijaga.

2.Kedekatan secara emosional akan lebih menarik perhatian bagi pendengar.

3.Tokoh publik merupakan panutan bagi masyarakat luas, sehingga selalu menarik jika dalam sebuah berita menyangkut nama beberapa dari mereka.

4.Konflik antar tokoh, suku, atau polemik seputar masalah menjadi sesuatu yang menarik untuk disimak.

5.Kemanusiaan, Sensasional hingga Besaran sebuah kasus menjadi nilai berita tinggi yang layak untuk dipublikasikan.

3.2Jenis dan Bentuk Berita Radio

3.2.1 Jenis Berita Radio

Dalam pembuatan naskah berita radio, terdapat beberapa jenis berita yang dapat digunakan. Menurut Husnun N Djuraid (2006:84), ada tiga jenis berita yang dapat digunakan dalam penulisan naskah berita radio.

1.Berita Langsung (straight news). Berita yang penting dan harus segera disampaikan kepada khalayak luas. Materinya berupa laporan langsung wartawan sesuai dengan apa yang dia saksikan.

2.Berita Ringan (soft news). Berita yang menampilkan sesuatu yang menarik, penting dan bersifat informatif.

3.Berita Kisah (feature). Berita yang berkaitan dengan kejadian yang dapat menggugah perasaan dan menambah pengetahuan bagi khalayak.

3.2.2 Bentuk Berita Radio

Menurut Riswandi (2009:24), ada enam bentuk berita dalam radio.

1.Berita tulis (Writing news), yaitu berita pendek yang bersumber dari media lain atau ditulis ulang

2.Berita bersisipan (News with insert), yaitu berita yang dilengkapi atau di mix dengan sisipan suara narasumber.

3.News feature, yaitu berita atau laporan jurnalis panjang yang lebih bersifat human interest.

4.Phone in news, berita yang disajikan melalui laporan langsung reporter menggunakan alat bantu telefon.

5.Buletin berita, merupakan gabungan beberapa berita pendek yang disajikan dalam satu blok waktu.

6.Jurnalisme interaktif, yaitu berita yang bersumber pada sebesar mungkin keterlibatan khalayak.

3.3Liputan Berita Radio

Tugas utama wartawan atau jurnalis adalah melakukan liputan berita. Liputan merupakan langkah mencari dan menggali informasi yang akan digunakan sebagai bahan berita. Dalam melakukan liputan, jurnalis harus mampu menonjolkan bagian yang paling menarik, hal ini lebih membutuhkan tingkat kreatifitas dalam mengembangkan sumber berita yang telah didapatkan. Sebelum melakukan liputan, jurnalis harus mengetahui peristiwa apa yang akan diliput serta memiliki gambaran tentang narasumber yang perlu diwawancarai. (Eni Setiati. 2005:16).

Dalam bukunya, Eni Setiati juga menyebutkan beberapa langkah yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan liputan. Antara lain adalah mempersiapkan kerangka berfikir berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber, selain itu jurnalis harus menguasai topik pembicaraan ketika melakukan wawancara. Hal ini penting untuk memudahkan dalam prakteknya dilapangan.

3.4Penulisan Naskah Berita Radio

Naskah berita merupakan hasil tulisan yang dibuat oleh jurnalis untuk memudahkan penyiar dalam membaca berita. Tidak ada teknik khusus yang bisa membuat jurnalis mahir menulis naskah berita, karena dalam menulis naskah berita yang dibutuhkan adalah kebiasaan dan latihan secara terus menerus. (Eni Setiati. 2005:25).

Dalam bukunya, Eni Setiati juga menyebutkan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan selain unsur 5W+1H dalam menulis naskah berita.

1.Jurnalis harus mengenali dan memahami peristiwa yang diliput, agar dalam penulisan naskah berita lebih baik sesuai dengan hasil liputan di lapangan.

2.Dalam menyampaikan ide, pemikiran dan informasi yang dikemas dalam berita radio, jurnalis harus berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulisan. Hal ini untuk mempermudah penyiar ketika membacakan naskah berita yang disiarkan.

3.Tulis hasil liputan berdasarkan data dan fakta. Menggunakan kalimat yang padat dan singkat agar mudah dipahami.

4.Butuh banyak pengalaman untuk menulis berita yang baik.

3.5Penghematan Kata

Perlu adanya penghematan kata dalam menulis naskah berita radio. Hal ini terkait dengan ketersediaan waktu penyiaran yang telah ditentukan. Dalam penulisan naskah berita harus menggunakan kalimat singkat, padat dan jelas, serta mengandung unsur 5W+1H didalamnya. (A.M. Dewabrata. 2006:187). Dalam proses penulisan naskah berita, dibutuhkan kejelian dalam pemilihan kata. Dengan keterbatasan waktu yang disediakan, jurnalis dituntut untuk dapat melakukan penghematan dengan cara memilih kata yang tepat dan kalimat yang jelas.



BAB IV

METODOLOGI

4.1Waktu dan Tempat

Kuliah kerja komunikasi dilaksanakan di sebuah lembaga penyiaran publik RRI Semarang yang beralamat Jl. Ahmad Yani 144-146 Semarang. Masa pelaksanaan KKK di RRI hanya satu bulan, terhitung mulai tanggal 09 April hingga 09 Mei 2012.

4.2Sumber Data

Sumber data sanagat diperlukan untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian, karena sumber data merupakan subyek asal data yang diperoleh. (Etta Mamang Sangadji, Sopiah. 2010:169). Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua jenis.

4.2.1Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. (Etta Mamang Sangadji, Sopiah. 2010:171). Peneliti harus terjun langsung dalam proses pengumpulan data, diamati dan hasil pengalaman dicatat. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan para pegawai senior di lembaga penyiaran publik RRI Semarang.

4.2.2Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk tujuan lain, tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan dokumen berupa foto dan juga sumber dari kepustakaan. (Etta Mamang Sangadji, Sopiah. 2010:172). Tujuan dari data sekunder untuk mendapatkan gambaran fenomena yang lengkap, kemudian dijabarkan ke dalam masalah yang diteliti.

4.3Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1.Wawancara Mendalam.

Wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada narasumber. (Etta Mamang Sangadji, Sopiah. 2010:48). Tujuan utama wawancara mendalam adalah untuk menyajikan hal-hal yang dikaitkan dengan harapan yang terjadi dimasa mendatang.

2.Studi Literatur.

Studi literatur merupakan salah satu kegiatan penelitian yang mencakup pemilihan teori hasil penelitian, mengidentifikasi literatur, menganalisis dokumen, dan menerapkan hasil analisi tadi menjadi landasan teori dalam penyelesaian masalah dalam penelitian. (Etta Mamang Sangadji, Sopiah. 2010:125).



BAB V

HASIL KULIAH KERJA KOMUNIKASI

5.4Evaluasi

Hasil Kuliah Kerja Komunikasi yang dilakukan di lembaga penyiaran RRI Semarang berupa laporang yang berjudul “Teknik Liputan dan Penulisan Naskah Berita di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang”. Dalam pelaksanaanya, didapatkan beberapa data yang berkaitan dengan teknik liputan dan penulisan naskah berita yang baik dan benar.

5.4.1Teknik liputan berita radio

Ketika melakukan proses liputan dilapangan, jurnalis harus mengetahui tata cara dan aturan sesuai dengan prosedur yang berlaku, baik prosedur dari lembaga atau narasumber terkait ataupun prosedur dari RRI sendiri. Terlepas dari prosedur liputan yang berlaku, jurnalis diwajibkan melakukan pendalaman tentang materi berita yang akan diliput.

Salah satu contoh adalah ketika hendak meliput pertandingan semi final kejuaraan sepak bola antar pelajar LIPIO, yang berlangsung di stadion citarum semarang 23 April yang lalu. Sebelum berangkat kelapangan untuk mencari informasi, jurnalis wajib mengetahui tentang kejuaraan itu, tim mana saja yang bertanding dan lain sebagainya. Hal ini agar mempermudah proses liputan, memunculkan ide dalam pengembangan informasi yang perlu diketahui. Selain mengharuskan jurnalis memahami tentang peristiwa yang akan diliput, jurnalis juga harus menyusun kerangka berfikir, hal ini sebagai pedoman dalam melakukan liputan.

5.4.2Teknik penulisan naskah berita radio

Penulisan naskah berita di RRI Semarang memiliki beberapa aturan tersendiri, baik dalam penyusunannya hingga penggunaan kata. Hal ini dimaksudkan agar berita radio menjadi berbeda dengan berita pada umumnya. Dengan komunikasi tertulis, diharapkan informasi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat.


Seni Bela diri Capoeira yang berasal dari Berazil kini merambah keseluruh penjuru negeri termasuk juga di Semarang// Olah raga yang menggabungkan antara seni tari dan beladiri itu mulai dikenal di Indoesia sejak tahun 90’an melalui pertukaran pelajar yang terjadi di Jogjakarta// Menjamurnya minat masyarakat kota lumpia untuk menggeluti kesenian dari negeri samba itu / tidak lepas dari keindahan dari semua gerakan yang dipergunakan// Salah satu pecinta seni Capoeira dari kelompok Jacobina Arte di kota Semarang SILVA kepada RRI mengungkapkan / Capoeira berbeda dengan berbeda dengan jenis bela diri lain / karena dalam mempelajari Capoeira kita juga mempelajari kultur seni dan juga filosofinya// =============== Insert ==================

SILVA berharap / Capoeira dapat dikenal lebih banyak masyarakat kota Semarang / sekaligus bertujuan untuk mengenalkan kota Lumpia sebagai pusat dari berbagai jenis kesenian/// Agung Pujo Melaporkan///

Sama dengan teknik penulisan berita pada umumnya, unsur 5W+1H harus tetap ada didalamnya. Salah satu contoh naskah berita di lembaga penyiaran RRI Semarang adalah sebagai berikut.

BAB VI

PENUTUP

6.1Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, dapat dilihat mengenai pemahaman dan praktek dalam melakukan liputan berita, serta pemahaman tentang langkah yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah berita radio yang baik dan benar. Dari beberapa pembahasan sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan.

1.Dalam melakukan liputan, membutuhkan teknik tertentu guna mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini tidak mudah, namun cukup menarik untuk dipelajari. Memahami tentang peristiwa yang akan diliput dan membuat kerangka berfikir merupakan teknik awal sebelum melakukan liputan.

2.Jurnalis tidak hanya bertugas sebagai pencari berita, namun juga dituntut untuk dapat menghasilkan berita yang berbobot. Mampu menulis naskah berita yang baik dan benar. Tidak ada teknik khusus dalam penulisan naskah berita, butuh latihan dan kebiasaan untuk dapat menulis naskah yang baik dan benar. Penggunaan kata yang tepat, penghematan kalimat dan menentukan unsur 5W+1H merupakan hal yang wajib diperhatikan dalam penulisan naskah berita rado.

6.2Saran

Diharapkan RRI lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kinerja agar lebih baik. Dengan pengadaan alat pendukung yang lebih memadahi, seperti penyediaan alat rekam (recorder) bagi rekan-rekan yang hendak melaksanakan kegiatan liputan, terlebih bagi rekan sesama mahasiswa yang melakukan praktek kerja di RRI Semarang.

Terlepas dari pengadaan alat-alat penunjang kegiatan liputan, diharapkan RRI mampu menambah program siaran yang dapat menarik minat anak muda. Dengan menambah program hiburan bagi kaum muda, namun tetap tidak mengubah ciri khas RRI itu sendiri. Dikalangan anak muda, RRI dianggap sebagai radio orang tua, karena lebih banyak menyuguhkan informasi atau berita dibandingkan dengan hiburan. Oleh sebab itu penting adanya penambahan program hiburan agar minat dengar untuk RRI semakin betambah.

Bagi pembaca yang tertarik dengan dunia jurnalis, diharapkan lebih sabar dalam belajar dan memahami teknik-teknik yang ada. Karena pada dasarnya kegiatan jurnalis radio tidaklah mudah dilakukan, dan butuh kesabaran dalam proses pemahaman.

DAFTAR PUSTAKA

Dewabrata. A.M. 2006. Kalimat Jurnalistik. Jakarta : Kompas

Eni Setiati. 2005. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan. Yogyakarta :

Andi Offset

Etta Mamang Sangadji, Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian.Yogyakarta :

Andi Offset

Husnun N Djuraid. 2006. Panduan Menulis Berita. Malang : UMM Press

Riswandi. 2009. Dasar Dasar Penyiaran. Yogyakarta : Graha Ilmu

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Radio_Republik_Indonesia. 12 Juni

2012 Pukul 23.23 Wib.

http://rrismgonline.stormpages.com/sejarah.html. 14 Juni 2012 Pukul

22.30 Wib.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun